Rupiah Menggila dan Jadi Terbaik Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 November 2018 12:24
Dolar Kembali Ciut
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Setelah sempat garang, dolar AS kini kembali ciut. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) hanya menguat 0,01%. Indeks ini sempat menguat hingga 0,1% yang membuat mata uang Asia tertekan.

Bukan apa-apa, memang tidak ada alasan kuat bagi dolar AS untuk perkasa kecuali profit taking yang sangat temporer. Sentimen domestik dan eksternal sedang tidak suportif terhadap dolar AS. 

Dari dalam negeri, indeks ISM manufaktur AS turun ke angka 57,7 pada Oktober dari 59,8 bulan sebelumnya. Pencapaian Oktober adalah yang terendah dalam 6 bulan terakhir. 

Kemudian pada malam hari waktu Indonesia juga akan ada pengumuman angka pengangguran AS periode Oktober 2018. Namun pelaku pasar sepertinya kurang bersemangat menyambut data ini, karena diperkirakan masih sama dengan bulan sebelumnya yaitu 3,7%. 

Sementara dari sisi eksternal, risk appetite investor sedang tinggi karena ada potensi damai dagang AS-China. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon, dan diskusi di antara kedua pemimpin tersebut berjalan dengan baik. 

"Baru saja melakukan pembicaraan yang baik dengan Presiden Xi Jinping. Kami membicarakan berbagai topik dengan fokus mengenai perdagangan. Diskusi berjalan baik dan rencananya ada pertemuan saat KTT G20 di Argentina. Kami juga melakukan diskusi yang baik membahas Korea Utara!" sebut Trump. 

Beijing pun tidak kalah antusias. Presiden Xi menyatakan kedua negara memang harus meningkatkan hubungan. "China dan AS harus berkerja sama dan berkonsultasi seputar isu-isu yang menjadi perhatian. Juga mendorong kesepakatan perdagangan," kata Xi dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional CCTV, seperti dikutip Reuters. 

Aura positif perekonomian global semakin meningkatkan risk appetite pelaku pasar. Aliran modal pun deras mengalir ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Rupiah pun semakin menggila dan menggilas dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular