
Sri Mulyani: Defisit APBN 2018 Capai Rp 200 T
Ranny Virgina Utami & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 November 2018 14:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati melaporkan kondisi ekonomi terkini berdasarkan data kuartal III-2018 di Indonesia. Ia juga melaporkan kondisi APBN 2018 terkini.
Sri Mulyani yang juga Menteri Keuangan ini melaporkan pendapatan dalam APBN 2018 sudah tumbuh 19%. Sementara dari sisi perpajakan tumbuh 16,5% dari tahun lalu.
"Dan belanja negara sudah tumbuh 10%. Ini menggambarkan APBN kita pada posisi yang sangat baik," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Kamis (1/11/2018).
Sementara keseimbangan primer dalam APBN masih tercatat negatif hingga Rp 2,4 triliun. Hal ini berarti kondisi APBN harus mencari utang baru untuk membayar utang jatuh tempo.
"Periode yang sama keseimbangan primer periode yang sama tahun lalu Rp 99 triliun. Defisit APBN kita ini posisi sekarang Rp 200 triliun atau 1,35% PDB dibandingkan tahun lalu 2% dari PDB. Ini perbaikan posisi APBN 2018," ungkap Sri Mulyani.
Melihat kondisi saat ini, Sri Mulyani meramal sampai akhir tahun defisit APBN 2018 kemungkinan besar akan di bawah 2%. "Bahkan mendekati 1,83%," katanya.
Risiko yang menjadi tantangan, sambung Sri Mulyani adalah normalisasi kebijakan moneter AS dan hal ini akan memberikan dampak luas pada ekonomi secara global.
"Kami akan lihat potensi risk dari CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan]. Karena nilai tukar terimbas, serta bagaimana kita bisa dorong ekspor," katanya.
(dru/dru) Next Article Gokil! Jaga Ekonomi RI, Sri Mulyani Cs Pakai Gaya Tim Basket
Sri Mulyani yang juga Menteri Keuangan ini melaporkan pendapatan dalam APBN 2018 sudah tumbuh 19%. Sementara dari sisi perpajakan tumbuh 16,5% dari tahun lalu.
"Dan belanja negara sudah tumbuh 10%. Ini menggambarkan APBN kita pada posisi yang sangat baik," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Kamis (1/11/2018).
![]() |
Sementara keseimbangan primer dalam APBN masih tercatat negatif hingga Rp 2,4 triliun. Hal ini berarti kondisi APBN harus mencari utang baru untuk membayar utang jatuh tempo.
"Periode yang sama keseimbangan primer periode yang sama tahun lalu Rp 99 triliun. Defisit APBN kita ini posisi sekarang Rp 200 triliun atau 1,35% PDB dibandingkan tahun lalu 2% dari PDB. Ini perbaikan posisi APBN 2018," ungkap Sri Mulyani.
Risiko yang menjadi tantangan, sambung Sri Mulyani adalah normalisasi kebijakan moneter AS dan hal ini akan memberikan dampak luas pada ekonomi secara global.
"Kami akan lihat potensi risk dari CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan]. Karena nilai tukar terimbas, serta bagaimana kita bisa dorong ekspor," katanya.
(dru/dru) Next Article Gokil! Jaga Ekonomi RI, Sri Mulyani Cs Pakai Gaya Tim Basket
Most Popular