Rupiah Cs Berani Mem-bully Dolar AS
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2018 14:23

Dolar AS tertekan sejak pagi tadi. Pada pukul 14:07 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan perkembangan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia) masih melemah 0,31%.
Arus modal memang sedang tidak berpihak kepada Negeri Paman Sam seiring pulihnya risk appetite pelaku pasar. Berbagai perkembangan positif membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dari AS, Lawrence ‘Larry’ Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan ada peluang Washington-Beijing akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bahkan bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut.
Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) akhir bulan ini. “Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi,” ujar Kudlow
Ketegangan perang dagang pun sedikit mereda, dan investor mulai keluar dari sarangnya. Pelaku pasar berani mengambil risiko dan masuk ke aset-aset di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Aura positif juga datang dari Eropa. Inggris dan Uni Eropa dikabarkan mencapai kesepakatan sementara terkait nasib lembaga keuangan selepas Brexit
The Times melaporkan, Perdana Menteri Inggris Theresa May sudah sepakat dengan Uni Eropa bahwa lembaga keuangan Negeri Ratu Elizabeth tetap bisa mengakses pasar Eropa Kontinental meski nanti Inggris tidak lagi menjadi bagian Uni Eropa. Lembaga keuangan Inggris tetap bisa memberikan pelayanan hingga pertukaran data.
Selain dari Inggris, kabar positif lainnya adalah rilis data inflasi Zona Euro periode Oktober yang sebesar 2,2% year-on-year (YoY). Lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1%.
Inflasi Benua Biru yang mulai merangkak naik dengan stabil akan memantapkan sikap Bank Sentral Uni Eropa (ECB) untuk melakukan pengetatan moneter. Dimulai dengan mengakhiri stimulus moneter pada Desember 2018, dan menaikkan suku bunga acuan pada musim panas (tengah tahun) 2019.
Sentimen-sentimen positif ini membuat investor meninggalkan aset-aset aman (termasuk dolar AS) dan masuk ke instrumen berisiko. Rupiah dkk di Asia pun diuntungkan karena menerima aliran dana yang keluar dari Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular