
Setelah 4 Hari Menguat, Rupiah Mulai Tertekan di Hadapan SGD
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
01 November 2018 11:21

Jakarta, CNBC Indonesia- kurs rupiah kembali lesu di hadapan dolar Singapura setelah menguat selama empat hari perdagangan. Pelemahan disinyalir akibat rilis data terbaru sektor manufaktur di Indonesia.
Pada Kamis (1/11/2018), pukul 10:39 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.390,82. Rupiah melemah 0,16 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Per Oktober 2018, rilis indeks manufaktur (Nikkei Manufacturing PMI) turun ke level 50,5 dari sebelumnya 50,7 pada September 2018. Ini artinya penurunan indeks telah terjadi selama dua bulan berturut-turut.
Penurunan ini mencerminkan ekspansi dari sektor ini semakin melambat. Faktor pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak jadi sekian penyebabnya. Ketergantungan sektor industri terhadap barang baku dan modal impor, menyebabkan pelemahan rupiah menjadi beban.
Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 12% lebih dan berada di atas Rp 15.000/US$ saat ini. Pelemahan yang ada menyebabkan cost sektor manufaktur tentu membengkak.
Selain faktor rupiah, kenaikan harga minyak jadi penyebab lainnya. Per Oktober kemarin, harga minyak jenis brent menyentuh level tertinggi di harga U$$ 86,29/barel. Sejak awal tahun komoditas tersebut telah naik 12,23%. Seperti halnya dampak pelemahan rupiah, kenaikan harga minyak mendorong cost perusahaan membengkak.
Kedua faktor ini yang menyebabkan sektor industri khususnya manufaktur cenderung menahan ekspansinya, sehingga mempengaruhi rilis data yang ada. Perlambatan sektor manufaktur dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya di tahun 2017 saja, kontribusi sektor ini mencapai 22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan mencermati data yang ada, maka menimbulkan persepsi jika pertumbuhan ekonomi akan menurun kedepannya.
Di sisi lain, Singapura juga akan merilis data sektor manufakturnya per oktober 2018. Konsensus trading economics memperkirakan, indeks manufaktur akan tumbuh ke level 52,9 dari sebelumnya 52,4. Seperti halnya Indonesia, sektor manufaktur juga berkontribusi 20-25% terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tentu mempengaruhi persepsi investor jika pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan terus tumbuh. Hal ini menyebabkan dolar Singapura berada di atas angin dan mampu menekan rupiah.
Sementara itu, pelemahan yang ada mendorong harga jual dolar Singapura menembus di atas Rp 11.100/SG$. Berikut data kurs mata uang tersebut di empat bank utama nasional hingga pukul 11:10 WIB:
Pada Kamis (1/11/2018), pukul 10:39 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.390,82. Rupiah melemah 0,16 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Penurunan ini mencerminkan ekspansi dari sektor ini semakin melambat. Faktor pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak jadi sekian penyebabnya. Ketergantungan sektor industri terhadap barang baku dan modal impor, menyebabkan pelemahan rupiah menjadi beban.
Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 12% lebih dan berada di atas Rp 15.000/US$ saat ini. Pelemahan yang ada menyebabkan cost sektor manufaktur tentu membengkak.
Selain faktor rupiah, kenaikan harga minyak jadi penyebab lainnya. Per Oktober kemarin, harga minyak jenis brent menyentuh level tertinggi di harga U$$ 86,29/barel. Sejak awal tahun komoditas tersebut telah naik 12,23%. Seperti halnya dampak pelemahan rupiah, kenaikan harga minyak mendorong cost perusahaan membengkak.
Kedua faktor ini yang menyebabkan sektor industri khususnya manufaktur cenderung menahan ekspansinya, sehingga mempengaruhi rilis data yang ada. Perlambatan sektor manufaktur dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya di tahun 2017 saja, kontribusi sektor ini mencapai 22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan mencermati data yang ada, maka menimbulkan persepsi jika pertumbuhan ekonomi akan menurun kedepannya.
Di sisi lain, Singapura juga akan merilis data sektor manufakturnya per oktober 2018. Konsensus trading economics memperkirakan, indeks manufaktur akan tumbuh ke level 52,9 dari sebelumnya 52,4. Seperti halnya Indonesia, sektor manufaktur juga berkontribusi 20-25% terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tentu mempengaruhi persepsi investor jika pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan terus tumbuh. Hal ini menyebabkan dolar Singapura berada di atas angin dan mampu menekan rupiah.
Sementara itu, pelemahan yang ada mendorong harga jual dolar Singapura menembus di atas Rp 11.100/SG$. Berikut data kurs mata uang tersebut di empat bank utama nasional hingga pukul 11:10 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.779,00 | Rp 11.098,00 |
Bank BNI | Rp 10.857,00 | Rp 11.117,00 |
Bank BRI | Rp 10.907,91 | Rp 11.062,88 |
Bank BCA | Rp 10.803,00 | Rp 11.028,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Perang Dagang Reda Bikin Dolar Singapura Tekan Rupiah
Most Popular