Analisis

Lebih Efisien, BRI Makin Menguntungkan

Arif Gunawan & Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
31 October 2018 14:40
Didorong ekspansi dan efisiensi, BRI mencatatkan kinerja yang cemerlang pada kuartal III-2018.
Foto: Laporan keuanga kuartal III Bank BRI (CNBC Indonesia/ Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rezim suku bunga tinggi dalam skala global resmi makin kukuh pada Kamis (27/9/2018) lalu, ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 2-2,25%.

Bank Indonesia yang sudah menetapkan strategi pre-emptive, front loading dan ahead the curve dalam kebijakan moneter pun telah menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate 150 bps selama tahun ini menjadi 5,75%. Setali tiga uang Bank Sentral negara-negara lain, juga menaikan suku bunga selama 2018 seperti India (+50 bps), dan Filipina (+150 bps).

Hal ini dilakukan untuk mencegah mata uang mereka melemah lebih jauh akibat perpindahan dana ke instrumen investasi di negara maju, terutama di AS. Namun yang menarik, sikap BI yang menaikkan suku bunga acuan hingga 150 bps sepanjang tahun berjalan ini menjadikan Indonesia menjadi negara paling hawkish setelah Pakistan.


Tabel Suku Bunga Bank Sentral

Negara2017 (%)Oktober 2018 (%)
Indonesia4,255,75
Filipina34,5
India66,5
China4,354,35
Thailand1,51,5
Sumber : Reuters

Kenaikan suku bunga acuan negara berkembang, termasuk Indonesia, memang di satu sisi menjadi penyelamat nilai tukar. Namun, di sisi lain harga yang harus dibayar adalah perlambatan ekonomi negara tersebut karena suku bunga yang tinggi bakal mengerem aktivitas investasi.

Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang dalam jangka menengah terkena dampak dari kebijakan kenaikan suku bunga tersebut, mengingat pendapatan bunga yang menjadi sumber utama penerimaan mereka sangat dipengaruhi kenaikan suku bunga acuan.

Namun, di tengah ancaman pelambatan laba, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mampu mempertahankan kinerja cemerlang. Bank dengan aset terbesar di Indonesia meraih laba bersih secara konsolidasi Rp 23,55 triliun pada September 2018. Laba tersebut tumbuh 14,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 20,54 triliun.

Bank dengan laba terbesar di Indonesia ini mencatatkan total kredit Rp 808,9 triliun pada kuartal III-2018 atau naik 16,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 694,2 triliun. Dana pihak ketiga pun tumbuh 13,3% dari Rp 770,6 triliun pada kuartal III-2017 menjadi Rp 872,7 triliun pada kuartal III-2018.

Bila melihat lebih dalam pertumbuhan laba bersih BRI tersebut ternyata didorong oleh peningkatan efisiensi operasional. Hal ini tercermin pada penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 264 bps dari 73,24% menjadi 70,6%.

Selain itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga turut mendongkrak profitability. Fee based income dan pendapatan operasional lainnya, meningkat 18,36% dari Rp 13,7 triliun pada kuartal III-2017 menjadi Rp 16,21 triliun pada kuartal III-2018.

Meski demikian margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BRI terlihat turun dari 7,91% pada September 2017 menjadi 7,49% pada September 2018. Fenomena turunnya NIM memang terjadi di industri perbankan di tengah kenaikan pesat suku bunga acuan. Secara industri NIM turun dari 5,35% pada Agustus 2017 menjadi 5,14% pada Agustus 2018.

Hal ini disebabkan karena kenaikan suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan dengan bunga dana pihak ketiga. Faktornya, karena kalangan perbankan masih khawatir terhadap permintaan akan kredit di tengah ketidakpastian global serta pelambatan ekonomi.

Basis Kuat Kinerja Fundamental
Sepanjang tahun ini indeks saham sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun 9,64% (110,05 poin) ke 1.030,79 pada Rabu (24/10/2018). Sektor ini memiliki rasio harga terhadap laba per saham (price to earnings ratio/PER) sebesar 15,23 kali, lebih rendah dari PER Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 18,94 kali.

Saham BBRI yang merupakan bank dengan aset terbesar dan paling menguntungkan di Indonesia masih menjadi salah satu penggerak utama indeks sektor keuangan tersebut dengan bobot sebesar 18,79% menyusul BCA yang berbobot 29,12%.

Namun, jangan salah sangka. Saham berkode BBRI ini justru mencatatkan PER sebesar 11,36 kali, atau masih lebih rendah dari rasio PER IHSG, dan bahkan lebih rendah dari BCA yang telah mencapai 24,29 kali.

Artinya, bank yang dipimpin Direktur Utama Suprajarto ini masih memiliki ruang untuk menguat secara rasional -karena sahamnya belum terlalu mahal-dan berpeluang menyangga indeks sektor keuangan ketika PER saham perbankan lain meninggi dan rawan dengan aksi jual.

Potensi gain dari Bank BRI tersebut mendapatkan justifikasinya secara fundamental mengingat kinerja bank paling menguntungkan di Indonesia itu masih terhitung kuat, bahkan ketika Indonesia mulai meninggalkan rezim suku bunga rendah mengikuti tren global.

Bagi perbankan, makin tinggi suku bunga, makin tinggi pula peluang kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) karena debitor kesulitan membayar kewajibannya. Alasannya, kenaikan bunga kredit bisa memicu kenaikan NPL jika perekonomian tidak kondusif.

Namun, BRI mampu menjaga NPL Gross 2,54% pada periode yang sama. NPL BRI masih di bawah industri perbankan yang tercatat 2,7% pada Agustus 2018.

Tabel Laba Bersih Bank Besar (30 September 2018)
Nama BankLaba (Rp triliun)Change (% YoY)
Bank BRI23,5514,6
Bank Mandiri18,0920
Bank BCA18,59,9
Bank BNI11,4410,16
Bank BTN2,2411,51
Sumber : Laporan Keuangan Kuartal III

Masih Tangguh Memutar Dana
Di atas kertas, kenaikan BI reverse repo rate belum menekan kemampuan BRI menyalurkan kreditnya ke pelaku usaha. Hingga akhir Kuartal III-2018, pencairan kredit BRI mencapai Rp 808,9 triliun pada kuartal III-2018 atau naik 16,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 694,2 triliun.

Berbeda dari bank lainnya di Indonesia, BRI masih superior dalam penyaluran kredit ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menyalurkan 75,8% kredit ke sektor tersebut. Ini berbeda dari bank lain yang porsi kredit UMKM-nya hanya berkisar 10-30% dari total kredit.

Dengan kombinasi kinerja penyaluran kredit yang tejaga dan tingkat efisiensi operasi, tim riset Tim CNBC Indonesia mencatat BRI membukukan pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) yang tergolong tertinggi di antara bank-bank di kawasan Asia.

Pada September 2018, BRI mencatatkan ROE sebesar 19,84%, lebih tinggi dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan ROE sebesar 17,3%. Dua ROE yang dibukukan kedua perbankan tersebut merupakan yang tertinggi di antara perbankan kawasan Asia.

Tabel ROE Perbankan 
Return on Equity (ROE)2017 (%)2016 (%)2015 (%)2014 (%)2013 (%)
Agricultural Bank of China Ltd11,912,114,2614,9915,58
Australia & New Zealand Banking Group Ltd10,879,9214,1915,6214,84
Bangkok Bank PCL8,468,599,9811,7312,64
Bank of China Ltd11,3911,6213,9716,4317,95
Bank of Communications Co Ltd10,3911,413,2314,7915,58
BOC Hong Kong Holdings Ltd12,0811,6112,7913,0714,37
Bank Central Asia Tbk PT19,1320,4221,8623,6624,64
Bank Mandiri Persero Tbk PT13,0110,3218,5120,9122,47
Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk PT18,5220,2124,527,4129,65
China CITIC Bank Corp Ltd10,5911,9514,2116,7118,48
China Construction Bank Corp14,3715,3817,0519,7521,38
China Merchants Bank Co Ltd15,916,2717,0919,2822,22
China Minsheng Banking Corp Ltd13,8114,8617,0420,3523,44
CIMB Group Holdings Bhd9,578,257,279,1915,51
Commonwealth Bank of Australia14,3815,8615,9518,1218,68
DBS Group Holdings Ltd9,339,8611,3411,1911,18
Hang Seng Bank Ltd13,4611,2319,5612,2526,66
HDFC Bank Ltd18,3818,3718,6319,9221,64
HSBC Holdings PLC6,720,787,147,399,05
ICICI Bank Ltd7,1710,2511,3915,215,21
Industrial & Commercial Bank of China Ltd13,9614,816,6919,6721,9
Kasikornbank PCL10,2413,2314,5419,3820,45
KB Financial Group Inc10,187,186,075,265,03
Malayan Banking Bhd10,6310,3611,9213,5714,88
Mitsubishi UFJ Financial Group Inc6,326,036,187,388,05
Mizuho Financial Group Inc6,567,278,348,6111,65
National Australia Bank Ltd11,8511,7912,7210,6111,51
Oversea-Chinese Banking Corp Ltd11,049,8212,1614,1711,49
Public Bank Bhd15,2815,9117,0918,6521,15
Shinhan Financial Group Co Ltd9,158,867,647,086,77
Siam Commercial Bank PCL/The12,3714,8415,9220,0721,84
Standard Chartered PLC1,99-0,99-4,995,428,71
State Bank of India-2,040,127,1511,0110,41
Sumitomo Mitsui Financial Group Inc7,37,587,219,2412,26
United Overseas Bank Ltd9,439,5610,5811,5911,47
Westpac Banking Corp13,3713,3815,7715,8814,82
Sumber : Reuters

Jika dibandingkan dengan Bank BCA, BRI tercatat memberikan insentif yang lebih besar kepada investor pemegang sahamnya. Dengan nilai laba bersih yang lebih unggul dari BCA, BRI juga terhitung royal dalam membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen kepada pemegang sahamnya.

Sebagai perbandingan, dalam dua tahun terakhir BRI mencatatkan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) lebih besar dari BCA, yakni sebesar 45% (2017) dan 40% (2016). Di sisi lain, BCA hanya membagikan 26,97% (2017) dan 23,93% (2016) laba bersihnya sebagai dividen.

Ini tentunya menjadi nilai tambah saham perseroan berkode BBRI tersebut yang harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan saham-saham sejenis (peer group, terlebih di tengah peluang kenaikan suku bunga di perekonomian dunia.***

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dob/dob) Next Article Ini Update Terakhir Rencana BRI Akuisisi Bank

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular