
Akhir Sesi I, IHSG Melemah Sendirian di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 October 2018 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,33% pada akhir sesi I ke level 5.770,1. IHSG lantas menjadi satu-satunya bursa saham di kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei naik 1,67%, indeks Strait Times naik 1,13%, indeks Shanghai 0,6%, indeks Hang Seng naik 0,65%, indeks Kospi naik 0,19%, indeks SET (Thailand) naik 0,8%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,54%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,81 triliun dengan volume sebanyak 5,89 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 183.335 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-3,65%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,32%), PT Charoen Pokphand Indonesia/CPIN (-1,83%), PT Indo Tambangraya Megah/ITMG (-4,62%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,9%).
Berbicara mengenai pergerakan bursa saham regional, kepercayaan diri investor datang dari melesatnya Wall Street pada dini hari tadi: Dow Jones ditutup melesat 1,77%, S&P 500 melesat 1,57%, dan Nasdaq menguat 1,58%.
Saham-saham semikonduktor menjadi motor penguatan Wall Street: Intel melesat 5,2%, Nvidia meroket 9,36%, dan KLA-Tencor melejit 7,6%.
Saham Nvidia melejit lantaran mendapat angin segar dari JPMorgan yang menaikkan rating perusahaan dari netral menjadi overweight. JPMorgan menganggap kejatuhan saham perusahaan sepanjang bulan ini telah terlampau dalam, seperti dikutip dari Barron's.
Target harga baru yang dipatok analis JPMorgan Harlan Sur di level US$ 255/saham mengimplikasikan upside sebesar 37% dari posisi penutupan saham Nvidia pada hari Senin (29/10/2018).
Sentimen positif juga datang dari bergeliatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Kemarin pagi (30/10/2018), tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yang sebesar 2,4%.
Terakhir, rencana suntikan dana di bursa saham Korea Selatan masih terus direspon positif oleh pelaku pasar. Pada hari Senin, otoritas dan institusi keuangan di sana mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan yang terus saja melemah dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Kim Yong-beom, Wakil Ketua dari Financial Services Commission mengatakan bahwa dana senilai KRW 300 miliar akan disuntikkan untuk saham-saham anggota indeks Kosdaq, sementara dana lainnya dengan nilai setidaknya KRW 200 miliar akan digunakan untuk berinvestasi di saham-saham anggota Kosdaq dan Kospi, seperti dikutip dari Pulse.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari lemahnya aktivitas manufaktur di China. Pada pagi hari, Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan di level 50,2, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 50,6, seperti dikutip dari CNBC International. Sebagai informasi, pada bulan September Manufacturing PMI China tercatat sebesar 50,8, juga lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,2.
Perang dagang dengan AS nampak sangat membebani aktivitas manufaktur di China. Pada 24 September silam, AS resmi memberlakukan bea masuk baru bagi importasi produk China senilai US$ 200 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
Beralih ke tanah air, seperti yang sudah disebutkan di atas, saham UNVR dan TLKM menjadi momok bagi pergerakan IHSG hari ini. Saham UNVR terus dilepas investor seiring dengan rilis kinerja keuangan yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp 10,32 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar Rp 10,31 triliun. Sayangnya, laba bersih perusahaan tercatat hanya sebesar Rp 3,77 triliun, cukup jauh di bawah estimasi yang sebesar Rp 4,16 triliun.
Kemudian, saham TLKM dilepas seiring dengan aksi ambil untung. Pasca mengumumkan kinerja keuangan pada 29 Oktober hingga penutupan perdagangan kemarin (30/10/2018), harga saham TLKM telah melejit 4,68%. Saham TLKM tetap menjadi buruan investor terlepas dari kinerja keuangan yang tak sepenuhnya menggembirakan.
Sepanjang kuartal-III 2018, perusahaan membukukan pendapatan senilai Rp 34,8 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 33,8 triliun. Namun, laba bersih tercatat hanya sebesar Rp 5,53 triliun, di bawah ekspektasi analis yang sebesar Rp 5,79 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,81 triliun dengan volume sebanyak 5,89 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 183.335 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-3,65%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,32%), PT Charoen Pokphand Indonesia/CPIN (-1,83%), PT Indo Tambangraya Megah/ITMG (-4,62%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,9%).
Saham-saham semikonduktor menjadi motor penguatan Wall Street: Intel melesat 5,2%, Nvidia meroket 9,36%, dan KLA-Tencor melejit 7,6%.
Saham Nvidia melejit lantaran mendapat angin segar dari JPMorgan yang menaikkan rating perusahaan dari netral menjadi overweight. JPMorgan menganggap kejatuhan saham perusahaan sepanjang bulan ini telah terlampau dalam, seperti dikutip dari Barron's.
Target harga baru yang dipatok analis JPMorgan Harlan Sur di level US$ 255/saham mengimplikasikan upside sebesar 37% dari posisi penutupan saham Nvidia pada hari Senin (29/10/2018).
Sentimen positif juga datang dari bergeliatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Kemarin pagi (30/10/2018), tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yang sebesar 2,4%.
Terakhir, rencana suntikan dana di bursa saham Korea Selatan masih terus direspon positif oleh pelaku pasar. Pada hari Senin, otoritas dan institusi keuangan di sana mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan yang terus saja melemah dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Kim Yong-beom, Wakil Ketua dari Financial Services Commission mengatakan bahwa dana senilai KRW 300 miliar akan disuntikkan untuk saham-saham anggota indeks Kosdaq, sementara dana lainnya dengan nilai setidaknya KRW 200 miliar akan digunakan untuk berinvestasi di saham-saham anggota Kosdaq dan Kospi, seperti dikutip dari Pulse.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari lemahnya aktivitas manufaktur di China. Pada pagi hari, Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan di level 50,2, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 50,6, seperti dikutip dari CNBC International. Sebagai informasi, pada bulan September Manufacturing PMI China tercatat sebesar 50,8, juga lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,2.
Perang dagang dengan AS nampak sangat membebani aktivitas manufaktur di China. Pada 24 September silam, AS resmi memberlakukan bea masuk baru bagi importasi produk China senilai US$ 200 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
Beralih ke tanah air, seperti yang sudah disebutkan di atas, saham UNVR dan TLKM menjadi momok bagi pergerakan IHSG hari ini. Saham UNVR terus dilepas investor seiring dengan rilis kinerja keuangan yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp 10,32 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar Rp 10,31 triliun. Sayangnya, laba bersih perusahaan tercatat hanya sebesar Rp 3,77 triliun, cukup jauh di bawah estimasi yang sebesar Rp 4,16 triliun.
Kemudian, saham TLKM dilepas seiring dengan aksi ambil untung. Pasca mengumumkan kinerja keuangan pada 29 Oktober hingga penutupan perdagangan kemarin (30/10/2018), harga saham TLKM telah melejit 4,68%. Saham TLKM tetap menjadi buruan investor terlepas dari kinerja keuangan yang tak sepenuhnya menggembirakan.
Sepanjang kuartal-III 2018, perusahaan membukukan pendapatan senilai Rp 34,8 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 33,8 triliun. Namun, laba bersih tercatat hanya sebesar Rp 5,53 triliun, di bawah ekspektasi analis yang sebesar Rp 5,79 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Most Popular