
Harga Obligasi Menguat, Saat Rupiah Tak Gerak
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 October 2018 18:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berhasil ditutup positif seiring dengan bertahannya rupiah ketika dolar AS justru menguat.
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 10 tahun, dengan penurunan yield 0,9 basis poin (bps) menjadi 8,65%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun, dengan penurunan yield 0,8 bps dan 0,4 bps menjadi 8,85% dan 9,06%. Seri pendek yaitu 5 tahun justru masih terkoreksi dengan kenaikan yield 1 bps menjadi 8,45%.
Menguatnya pasar obligasi beriringan dengan penguatan rupiah sehingga mampu menahan positifnya nilai tukar dolar AS di depan mata uang dunia, sehingga mengindikasikan adanya arus dana masuk ke dalam pasar obligasi.
Penguatan masih terjadi meskipun besok pemerintah menjadwalkan lelang untuk seri surat berharga syariah negara (SBSB/sukuk negara) dengan target Rp 4 triliun.
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Oct 2018
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,07 poin (0,03%) menjadi 225,48 dari posisi kemarin 225,41. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 556 bps, menyempit dari posisi kemarin 559 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis menjadi 3,09%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 859,12 triliun SBN, atau 37,07% dari total beredar Rp 2.317 triiliun per 25 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 8,27 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun dan membuat persentasenya naik dari 36,89% pada periode yang sama. Posisi tersebut mengindikasikan bahwa investor asing sudah menunjukkan gerakan untuk masuk ke pasar obligasi.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,52% menjadi 5.754 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah flat pada Rp 15.215 di hadapan tiap dolar AS.
Posisi dolar AS itu tidak seiring dengan mata uang dolar AS yang justru menguat di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik +0,21% menjadi 96,559.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 10 tahun, dengan penurunan yield 0,9 basis poin (bps) menjadi 8,65%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun, dengan penurunan yield 0,8 bps dan 0,4 bps menjadi 8,85% dan 9,06%. Seri pendek yaitu 5 tahun justru masih terkoreksi dengan kenaikan yield 1 bps menjadi 8,45%.
Menguatnya pasar obligasi beriringan dengan penguatan rupiah sehingga mampu menahan positifnya nilai tukar dolar AS di depan mata uang dunia, sehingga mengindikasikan adanya arus dana masuk ke dalam pasar obligasi.
Penguatan masih terjadi meskipun besok pemerintah menjadwalkan lelang untuk seri surat berharga syariah negara (SBSB/sukuk negara) dengan target Rp 4 triliun.
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 26 Okt 2018 (%) | Yield 29 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.447 | 8.457 | 1.00 |
FR0064 | 10 tahun | 8.667 | 8.658 | -0.90 |
FR0065 | 15 tahun | 8.862 | 8.854 | -0.80 |
FR0075 | 20 tahun | 9.072 | 9.068 | -0.40 |
Avg movement | -0.27 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,07 poin (0,03%) menjadi 225,48 dari posisi kemarin 225,41. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 556 bps, menyempit dari posisi kemarin 559 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis menjadi 3,09%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 859,12 triliun SBN, atau 37,07% dari total beredar Rp 2.317 triiliun per 25 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 8,27 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun dan membuat persentasenya naik dari 36,89% pada periode yang sama. Posisi tersebut mengindikasikan bahwa investor asing sudah menunjukkan gerakan untuk masuk ke pasar obligasi.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,52% menjadi 5.754 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah flat pada Rp 15.215 di hadapan tiap dolar AS.
Posisi dolar AS itu tidak seiring dengan mata uang dolar AS yang justru menguat di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik +0,21% menjadi 96,559.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular