
Fokus Investor
IHSG Ditutup Menguat Pekan Lalu, Cermati Aksi 6 Emiten Ini
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
29 October 2018 07:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,11% ke level 5.761,45 pada perdagangan di akhir pekan lalu, Jumat (26/10/2018).
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,16 triliun dengan volume 10,47 miliar unit saham dengan frekuensi perdagangan 321.407 kali.
Dari dalam negeri, rilis kinerja keuangan menjadi penyelamat bagi IHSG.
Sepanjang kuartal-III 2018, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan net interest income/NII sebesar Rp 11,58 triliun, lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv Rp 11,37 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat Rp 7,09 triliun, juga mengalahkan estimasi analis Rp 6,71 triliun.
Kemudian, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penjualan bersih senilai Rp 77,5 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini atau tumbuh 7,25% dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2017 Rp 72,3 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih baik ketimbang periode Januari-September 2017 kala penjualan bersih hanya naik tipis 2,87% YoY.
Namun, penguatan IHSG dibatasi oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Rupiah melemah 0,2% di pasar spot ke level Rp 15.215/dolar AS di akhir perdagangan pekan lalu.
Berikut berbagai aksi emiten akhir pekan lalu yang layak menjadi pertimbangan para investor dan dirangkum oleh CNBC Indonesia, Senin (29/10/18).
1. Penjualan Naik 7,25%, HM Sampoerna Cetak Laba Rp 9,69 Triliun
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat pertumbuhan yang cukup positif di sepanjang periode Januari-September atau kuartal III tahun ini.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada BEI, Jumat (26/10/2018), Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp 9,69 triliun, jumlah ini meningkat 3,77% dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal III tahun lalu senilai Rp 9,33 triliun.
2. Direksi Jadi Tersangka KPK, Ini Penjelasan Sinar Mas Agro
Pihak PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk (SMAR) atau SMART akhirnya buka suara terkait penetapan tersangka satu direksi perseroan dan dua direksi anak usaha PT Binasawit Abadi Pratama (BAP) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Pernyataan yang dikeluarkan oleh KPK, bahwa satu eksekutif dari PT SMART Tbk dan dua eksekutif dari PT Binasawit Abadi Pratama (BAP) sebagai tersangka dan perlu menjalani proses investigasi lebih lanjut, sehubungan dengan proses penyelidikan KPK terkait dengan kasus DPRD Kalteng, sangat mengkhawatirkan dan disesalkan," kata Head of Corporate Communications SMART Golden Agri-Resources Wulan Suling.
SMAR menekankan agar semua unit usaha dan anak usahanya yang beroperasi di Indonesia beroperasi sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
3. Penjualan Baja Naik, Perlahan Rugi KRAS Mulai Berkurang
Peluang PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk bisa mencetak laba perlahan mulai tampak depan mata. Hingga kuartal III-2018, perseroan berhasil mengurangi rugi bersih menjadi US$37,38 juta (Rp 560,07 miliar, kurs Rp 15.000/US$) dibanding dengan rugi di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$75,04 juta (Rp 1,12 triliun).
Di periode tersebut, perusahaan berhasil meningkatkan penjualannya 22,71% menjadi US$1,27 miliar (Rp 19,14 triliun) dari posisi di akhir September 2017 yang sebesar US$1,03 miliar (Rp 15,59 triliun).
4. Lepas Saham ke APRO Financial, Bos Pikko Kantongi Rp 260,4 M
Aksi borong saham PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) di pasar negosiasi yang terjadi pada 25 Oktober 2018 terjawab sudah. Aksi tersebut dilakukan oleh APRO Financial CO.LTD.
Dalam transaksi tersebut APRO Financial membeli saham DNAR di harga Rp 396,89 per saham dengan total beli bersih Rp 691,01 miliar. Secara total, ada 1,74 miliar saham yang ditransaksikan. Dalam aksi ini APRO Financial resmi menjadi pengendali baru Bank Dinar dengan menguasai 77,38% saham.
5. Beban Pokok Produksi CPO Naik, Laba AALI Turun Jadi Rp 1,12 T
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih untuk periode sembilan bulan di tahun ini sebesar 18,22%. Labanya turun menjadi Rp 1,12 triliun dari Rp 1,37 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Padahal pada periode tersebut pendapatan perusahaan menjadi Rp 13,76 triliun, naik 10,14% dari posisi di akhir September 2017 yang sebesar Rp 12,49 triliun.
6. Miliki Sekuritas, Bank BJB Tunggu Aturan OJK
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank Jabar berencana untuk mengakuisisi atau mendirikan Perusahaan Efek (PE) atau Sekuritas Daerah.
Corporate Secretary Perseroan As'adi Budiman memperkirakan langkah ini dilakukan dalam jangka waktu 2-3 tahun kedepan. Saat ini Bank Jabar masih menunggu rampungnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait PE Daerah.
(prm) Next Article IHSG Melemah Kemarin, Cermati Aksi 4 Emiten Ini
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,16 triliun dengan volume 10,47 miliar unit saham dengan frekuensi perdagangan 321.407 kali.
Dari dalam negeri, rilis kinerja keuangan menjadi penyelamat bagi IHSG.
Kemudian, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penjualan bersih senilai Rp 77,5 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini atau tumbuh 7,25% dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2017 Rp 72,3 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih baik ketimbang periode Januari-September 2017 kala penjualan bersih hanya naik tipis 2,87% YoY.
Namun, penguatan IHSG dibatasi oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Rupiah melemah 0,2% di pasar spot ke level Rp 15.215/dolar AS di akhir perdagangan pekan lalu.
Berikut berbagai aksi emiten akhir pekan lalu yang layak menjadi pertimbangan para investor dan dirangkum oleh CNBC Indonesia, Senin (29/10/18).
1. Penjualan Naik 7,25%, HM Sampoerna Cetak Laba Rp 9,69 Triliun
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat pertumbuhan yang cukup positif di sepanjang periode Januari-September atau kuartal III tahun ini.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada BEI, Jumat (26/10/2018), Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp 9,69 triliun, jumlah ini meningkat 3,77% dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal III tahun lalu senilai Rp 9,33 triliun.
2. Direksi Jadi Tersangka KPK, Ini Penjelasan Sinar Mas Agro
Pihak PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk (SMAR) atau SMART akhirnya buka suara terkait penetapan tersangka satu direksi perseroan dan dua direksi anak usaha PT Binasawit Abadi Pratama (BAP) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Pernyataan yang dikeluarkan oleh KPK, bahwa satu eksekutif dari PT SMART Tbk dan dua eksekutif dari PT Binasawit Abadi Pratama (BAP) sebagai tersangka dan perlu menjalani proses investigasi lebih lanjut, sehubungan dengan proses penyelidikan KPK terkait dengan kasus DPRD Kalteng, sangat mengkhawatirkan dan disesalkan," kata Head of Corporate Communications SMART Golden Agri-Resources Wulan Suling.
SMAR menekankan agar semua unit usaha dan anak usahanya yang beroperasi di Indonesia beroperasi sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
3. Penjualan Baja Naik, Perlahan Rugi KRAS Mulai Berkurang
Peluang PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk bisa mencetak laba perlahan mulai tampak depan mata. Hingga kuartal III-2018, perseroan berhasil mengurangi rugi bersih menjadi US$37,38 juta (Rp 560,07 miliar, kurs Rp 15.000/US$) dibanding dengan rugi di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$75,04 juta (Rp 1,12 triliun).
Di periode tersebut, perusahaan berhasil meningkatkan penjualannya 22,71% menjadi US$1,27 miliar (Rp 19,14 triliun) dari posisi di akhir September 2017 yang sebesar US$1,03 miliar (Rp 15,59 triliun).
4. Lepas Saham ke APRO Financial, Bos Pikko Kantongi Rp 260,4 M
Aksi borong saham PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) di pasar negosiasi yang terjadi pada 25 Oktober 2018 terjawab sudah. Aksi tersebut dilakukan oleh APRO Financial CO.LTD.
Dalam transaksi tersebut APRO Financial membeli saham DNAR di harga Rp 396,89 per saham dengan total beli bersih Rp 691,01 miliar. Secara total, ada 1,74 miliar saham yang ditransaksikan. Dalam aksi ini APRO Financial resmi menjadi pengendali baru Bank Dinar dengan menguasai 77,38% saham.
5. Beban Pokok Produksi CPO Naik, Laba AALI Turun Jadi Rp 1,12 T
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih untuk periode sembilan bulan di tahun ini sebesar 18,22%. Labanya turun menjadi Rp 1,12 triliun dari Rp 1,37 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Padahal pada periode tersebut pendapatan perusahaan menjadi Rp 13,76 triliun, naik 10,14% dari posisi di akhir September 2017 yang sebesar Rp 12,49 triliun.
6. Miliki Sekuritas, Bank BJB Tunggu Aturan OJK
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank Jabar berencana untuk mengakuisisi atau mendirikan Perusahaan Efek (PE) atau Sekuritas Daerah.
Corporate Secretary Perseroan As'adi Budiman memperkirakan langkah ini dilakukan dalam jangka waktu 2-3 tahun kedepan. Saat ini Bank Jabar masih menunggu rampungnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait PE Daerah.
(prm) Next Article IHSG Melemah Kemarin, Cermati Aksi 4 Emiten Ini
Most Popular