
Ekonomi AS Solid, Bagaimana Nasib Rupiah Pekan Depan?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
26 October 2018 22:37

Dengan melihat kondisi ekonomi AS saat ini, tentu wajar jika Bank Indonesia (BI) dan pemerintah perlu mengkhawatirkan nasib rupiah pekan depan. Terlebih peluang dolar AS untuk “mengamuk” cukup besar
Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hingga 12,16% dan berada di level Rp 15.200. Pada penutupan Jumat (26/10/2018), US$ 1 ditutup pada posisi Rp 15.215 di pasar spot. Kurs rupiah melemah 0,20% dibandingkan penutupan kemarin.
Pekan depan, BI sepertinya harus lebih bekerja keras dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Apalagi pada Rapat Dewan Gubernur BI edisi Oktober memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo di level 5,75%.
Berbagai kebijakan mulai dari Domestik Non-Delivery Forward (DNDF) hingga penerbitan produk Special Deposit Account (SDA) sedang dipersiapkan secara matang. Tujuannya agar peredaran valas di dalam negeri tetap terjaga guna menopang penguatan rupiah.
Sambil menunggu implementasi kebijakan tersebut, nampaknya BI masih harus “bergerilya” di pasar sekunder. Namun hal ini bukan tanpa risiko, karena mempertaruhkan cadangan devisa yang ada
Per September 2018, cadangan devisa Indonesia berada di posisi US$ 114,8 miliar atau anjlok US$ 3,12 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Semakin rendahnya devisa, maka menimbulkan persepsi jika ekonomi Indonesia akan rentan terhadap gejolak eksternal.
Hal tersebut akan mengkhawatirkan para investor, sehingga bukan tidak mungkin mereka akan mengalihkan dananya keluar dari Indonesia. Jika ini terjadi, maka nasib rupiah semakin tidak menentu.
Oleh karena itu, BI perlu mempercepat implementasi kebijakan DNDF dan SDA agar mampu menolong rupiah keluar dari keterpurukan yang ada saat ini.
Oleh karena itu, BI perlu mempercepat implementasi kebijakan DNDF dan SDA agar mampu menolong rupiah keluar dari keterpurukan yang ada saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular