Dolar AS Tak Terbendung, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 October 2018 17:06
Faktor Eksternal dan Domestik Dukung Dolar AS
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dolar AS memang tengah di atas angin. Faktor eksternal dan internal mendukung penguatan dolar secara global, termasuk di Asia. 

Dari sisi eksternal, risiko tengah menggelayuti pasar keuangan dunia. Mario Draghi, Presiden Bank Sentral Uni Eropa (ECB), menyatakan ekonomi Benua Biru terancam terganggu karena tiga risiko besar yaitu Brexit, fiskal Italia, dan perang dagang. 

"Risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Zona Euro masih cukup seimbang. Namun pada saat yang sama, ada risiko akibat proteksionisme dan volatilitas pasar yang tetap besar," kata Draghi dalam konferensi pers usai pengumuman suku bunga acuan, dikutip dari Reuters. 

Untuk kuartal III-2018, ECB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Zona Euro di angka 2,2%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,4%. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali melambat ke 2% pada kuartal IV-2018. 

Sementara dari sisi domestik, investor tengah menantikan rilis data pembacaan pendahuluan (advance reading) pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018. The Federal Reserve/The Fed Atlanta memperkirakan ekonomi AS tumbuh 3,6% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,2%. 

Meski melambat, tetapi pasar melihat performa ekonomi AS masih lebih baik ketimbang negara-negara maju lainnya seperti Eropa atau Jepang. Oleh karena itu, investor tetap memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada Desember. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat 19 Desember adalah 70,3%. Angka ini bisa meningkat apabila realisasi angka pertumbuhan ekonomi AS lebih baik dari ekspektasi. 

Oleh karena itu, pelaku pasar tetap berpihak kepada dolar AS. Kala suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi terutama untuk instrumen berpendapatan tetap akan ikut terkerek.  

Berinvestasi di AS tentu bakal semakin menarik sehingga meningkatkan kebutuhan terhadap greenback. Kenaikan permintaan dolar AS tentu akan membuat mata uang ini semakin mahal alias menguat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular