Rupiah Dilepas, Investor Cari Dolar AS, Yen, Franc, dan Emas
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 October 2018 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah hingga siang ini. Setelah sempat mendem, dolar AS memang kembali perkasa di Asia sehingga memakan banyak korban termasuk rupiah.
Pada Kamis (25/10/2018) pukul 12:31 WIB, US$ 1 dihargai Rp 15.200 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak cenderung melemah tetapi dalam kisaran sempit. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga siang ini:
Dolar AS yang sempat tenggelam kini kembali muncul ke permukaan. Mata uang Asia yang awalnya bisa berbicara banyak kini bungkam di hadapan greenback.
Pelemahan paling dalam dialami ringgit Malaysia, disusul oleh rupee India. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 13:36 WIB:
Perburuan terhadap aset-aset safe haven menandakan investor sedang melihat risiko besar di pasar. Di Eropa, Puchasing Managers Index (PMI) versi IHS Markit Zona Euro pada untuk pembacaan final periode September tercatat 54,1 dan pembacaan awal untuk Oktober turun menjadi 52,7. Lebih rendah ketimbang konsensus Reuters yang memperkirakan di angka 53,9.
"Ini adalah pertanda penurunan permintaan yang disebabkan oleh kekhawatiran terhadap perang dagang. Dunia usaha menunda rencana ekspansi dan perekrutan tenaga kerja. Sepertinya bukan sinyal yang baik," kata Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, mengutip Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga mencemaskan perkembangan di Italia dan Prancis yang sama-sama tengah bermasalah dengan Uni Eropa seputar anggaran. Brussel menilai Roma dan Prancis perlu lebih menerapkan disiplin fiskal agar rasio utang tidak semakin menggunung.
Kemudian masih ada ketegangan hubungan AS-Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Jamal Khasshogi, kolumnis harian Washington Post. Bahkan Presiden AS Donald Trump mulai berani menyatakan bahwa kemungkinan ada ketelibatan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
“Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga,” kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal.
Wujud sanksi AS pun mulai terlihat. Kementerian Luar Negeri AS mencabut atau tidak mengizinkan pengesahan visa bagi 21 orang warga Arab Saudi.
"Dunia harus tahu bahwa mereka yang terlibat, tidak hanya yang melakukan tetapi juga pihak-pihak yang terkait, harus bertanggung jawab. Sanksi ini bukan yang terakhir dari AS. Bapak Presiden maupun saya tidak senang dengan situasi ini," tegas Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters.
Berbagai faktor ini bisa membuat pelaku pasar lebih memilih dolar AS dan safe haven assets lainnya ketimbang aset-aset berisiko di negara berkembang Asia. Oleh karena itu, dolar AS tetap perkasa di Benua Kuning dan rupiah pun menjadi salah satu korbannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (25/10/2018) pukul 12:31 WIB, US$ 1 dihargai Rp 15.200 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak cenderung melemah tetapi dalam kisaran sempit. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga siang ini:
Dolar AS yang sempat tenggelam kini kembali muncul ke permukaan. Mata uang Asia yang awalnya bisa berbicara banyak kini bungkam di hadapan greenback.
Pelemahan paling dalam dialami ringgit Malaysia, disusul oleh rupee India. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 13:36 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sebenarnya tidak hanya dolar AS, investor juga memburu aset-aset lain yang berstatus sebagai safe haven seperti mata yen, franc Swiss, dan emas. Pada pukul 12:39 WIB, franc menguat 0,16% dan harga emas dunia naik 0,21%. Perburuan terhadap aset-aset safe haven menandakan investor sedang melihat risiko besar di pasar. Di Eropa, Puchasing Managers Index (PMI) versi IHS Markit Zona Euro pada untuk pembacaan final periode September tercatat 54,1 dan pembacaan awal untuk Oktober turun menjadi 52,7. Lebih rendah ketimbang konsensus Reuters yang memperkirakan di angka 53,9.
"Ini adalah pertanda penurunan permintaan yang disebabkan oleh kekhawatiran terhadap perang dagang. Dunia usaha menunda rencana ekspansi dan perekrutan tenaga kerja. Sepertinya bukan sinyal yang baik," kata Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, mengutip Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga mencemaskan perkembangan di Italia dan Prancis yang sama-sama tengah bermasalah dengan Uni Eropa seputar anggaran. Brussel menilai Roma dan Prancis perlu lebih menerapkan disiplin fiskal agar rasio utang tidak semakin menggunung.
Kemudian masih ada ketegangan hubungan AS-Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Jamal Khasshogi, kolumnis harian Washington Post. Bahkan Presiden AS Donald Trump mulai berani menyatakan bahwa kemungkinan ada ketelibatan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
“Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga,” kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal.
Wujud sanksi AS pun mulai terlihat. Kementerian Luar Negeri AS mencabut atau tidak mengizinkan pengesahan visa bagi 21 orang warga Arab Saudi.
"Dunia harus tahu bahwa mereka yang terlibat, tidak hanya yang melakukan tetapi juga pihak-pihak yang terkait, harus bertanggung jawab. Sanksi ini bukan yang terakhir dari AS. Bapak Presiden maupun saya tidak senang dengan situasi ini," tegas Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters.
Berbagai faktor ini bisa membuat pelaku pasar lebih memilih dolar AS dan safe haven assets lainnya ketimbang aset-aset berisiko di negara berkembang Asia. Oleh karena itu, dolar AS tetap perkasa di Benua Kuning dan rupiah pun menjadi salah satu korbannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular