Pertama Kali Sejak Awal September, IHSG Tinggalkan 5.700

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 October 2018 09:27
IHSG mengawali hari dengan catatan buruk, yakni dibuka anjlok 1,39% ke level 5.629,95.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali hari dengan catatan buruk, yakni dibuka anjlok 1,39% ke level 5.629,95. IHSG lantas meninggalkan level psikologis 5.700 untuk pertama kalinya sejak 5 September 2018.

Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga hancur lebur: indeks Nikkei anjlok 3,38%, indeks Shanghai turun 1,7%, indeks Hang Seng turun 2,19%, indeks Strait Times melemah 1,34%, dan indeks Kospi meluncur turun 2,86%.

Sell-off di Wall Street berhasil ditransmisikan dengan baik ke bursa saham Benua Kuning. Pada dini hari tadi, Dow Jones ditutup anjlok 2,41%, S&P 500 anjlok 3,09%, dan Nasdaq terpangkas 4,43%.

Ketakutan atas perlambatan perekonomian Negeri Paman Sam sukses menggerogoti Wall Street. Sinyal pertama datang dari rilis angka penjualan rumah baru periode September yang sejumlah 553.000 unit, jauh di bawah konsensus yang sebesar 627.000 unit. Angka ini merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir.

Kemudian, sinyal perlambatan ekonomi AS juga datang dari publikasi Beige Book oleh The Federal Reserve yang menyebut bahwa dunia usaha mulai menaikkan harga akibat perang dagang dengan China. Tingginya bea masuk untuk importasi bahan baku dan barang modal asal China membuat dunia usaha semakin tidak bisa menahan untuk tidak menaikkan harga.

Beige Book adalah laporan The Fed yang merangkum hasil diskusi dengan para pelaku usaha di 12 negara bagian. Diskusi kali ini berlangsung sejak September hingga pertengahan Oktober 2018.

"Pabrik-pabrik melaporkan kenaikan harga barang jadi sudah tidak terhindarkan. Kenaikan ini disebabkan biaya yang lebih tinggi untuk impor bahan baku seperti baja yang terkait dengan kebijakan bea masuk," sebut laporan The Fed.

Belum lama ini, International Monetary Fund (IMF) sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2019 sebesar 0,2% menjadi 2,5%, dari yang sebelumnya 2,7%.

Dari kawasan regional, rilis data ekonomi di Korea Selatan ikut membebani bursa saham Asia. Sepanjang kuartal-III 2018, perekonomian Korea Selatan diumumkan tumbuh sebesar 2% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 2,2% YoY.

Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75% membuat rupiah tak berdaya menahan gempuran sentimen eksternal yakni potensi perlambatan ekonomi dunia, pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi, serta permasalahan anggaran Italia.

Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,1% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.210. 16 menit setelah perdagangan berjalan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 25,1 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular