Anjlok 1,53%, IHSG Siap-siap Tinggalkan 5.700

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2018 16:49
IHSG anjlok 1,53% pada perdagangan hari ini ke level 5.709,42.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis 0,04% dan mengakhiri sesi 1 dengan melemah 0,07%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru anjlok 1,53% pada akhir perdagangan sesi 2 ke level 5.709,42.

IHSG anjlok kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai naik 0,33%, indeks Strait Times naik 0,2%, indeks Hang Seng turun 0,38%, dan indeks Kospi turun 0,4%.

Sejatinya, perdagangan hari ini diselimuti sentimen negatif. Hal ini bisa diamati dari Wall Street yang kompak melemah pada dini hari tadi: Dow Jones turun 0,5%, S&P 500 minus 0,55%, dan Nasdaq berkurang 0,42%. Pada perdagangan intraday, Dow Jones bahkan sempat anjlok hingga 2,17%, S&P 500 anjlok 2,34%, dan Nasdaq anjlok 2,79%.

Pelaku pasar dibuat takut oleh potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi. Kemarin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.

"Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana.... Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional," papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.

"Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab." Kata Erdogan lebih lanjut.

Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.

"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.

Sejauh ini, belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.

Namun, bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump dipaksa bersikap luar biasa tegas terhadap sekutunya tersebut.

Beruntung, ada sedikit dorongan beli bagi bursa saham Benua Kuning yakni positifnya kinerja sektor manufaktur di Jepang. Pada pagi hari, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.

Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.

Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.

Sayang, IHSG benar-benar tak mampu memanfaatkan momentum tersebut, seiring dengan masih kuatnya respons negatif terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%.

Dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa membawa rupiah menguat. Di sisi lain, tekanan bagi rupiah datang dari panasnya tensi geopolitik dunia dan potensi membengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia pada kuartal III dan IV. Bahkan, potensi pelebaran CAD pada kuartal-III diamini oleh BI.

"Ekspor agak lemah, pertumbuhan akselerasi impor meningkat ini membuat current account di kuartal III, ditambah harga minyak yang tinggi," kata Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara, Selasa (23/10/2018).

Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,07% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.195.

Seiring dengan rupiah yang terus saja melemah, investor asing melakukan jual bersih yang signifikan di pasar saham yakni senilai Rp 686,9 miliar. 5 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 227 miliar), Holcim Indonesia Tbk/SMCB (Rp 173,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 107,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 76,8 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 52 miliar).

Secara sektoral, sektor jasa keuangan (-1,14%) menjadi salah satu kontributor utama pelemahan IHSG. Pelemahan rupiah memang memberikan risiko bagi kinerja emiten perbankan tanah air.

Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-5,65%), PT Bank Rakyat Indonesia/BBRI (-2,32%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,56%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,31%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,05%).

Selain itu, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang anjlok 3,44% juga membebani langkah IHSG. Koreksi yang dalam pada sektor tersebut disebabkan oleh aksi jual pada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-4,86%). Investor nampak melakukan ambil untung atas saham emiten telekomunikasi plat merah tersebut: pada periode 6 September-17 Oktober 2018, harga saham TLKM telah melesat 19,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular