Rupiah Menguat Lawan Dolar AS, Tapi Negara Lain Lebih Baik

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2018 15:25
Dolar AS Sebenarnya Sedang Perkasa
Foto: REUTERS/Sertac Kayar
Sebenarnya, dolar AS sedang perkasa pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,1% ke level 96,057. Sentimen negatif yang datang dari potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi membuat dolar AS yang merupakan safe haven masih dicintai investor.

Kemarin (23/10/2018), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.

"Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana.... Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional," papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.

"Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab." Kata Erdogan lebih lanjut.

Presiden AS Donald Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.

"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.

Namun, nyatanya mata uang negara-negara Asia masih bisa menguat. Penyebabnya adalah appetite investor yang masih cukup besar dalam memburu instrumen berisiko seperti saham.
Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 0,37%, indeks Shanghai naik 0,33%, dan indeks Strait Times bertambah 0,3%. Dorongan beli di bursa saham datang dari positifnya kinerja sektor manufaktur di Jepang. Pada pagi hari ini, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.

Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.

Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.

Terlepas dari penguatan yang saat ini dinikmati rupiah, investor patut waspada. Pasalnya, penguatannya hanya tipis saja yakni senilai 0,03%. Lebih lanjut, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 395 miliar di pasar saham, sebuah nilai yang tak bisa dibilang kecil.

Jika nilainya bertambah besar, bukan tak mungkin rupiah harus mengakhiri hari dengan terdepresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular