
Investor Asing Jual Bersih Rp 247 M, IHSG Tak Bisa Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2018 12:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Menghabiskan mayoritas waktu perdagangan di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melemah 0,07% pada penutupan sesi 1 ke level 5.794,02.
IHSG tak mampu memanfaatkan momentum yang hadir dari menghijaunya bursa saham utama kawasan Asia: indeks Nikkei naik 0,49%, indeks Shanghai melesat 1,53%, indeks Hang Seng menguat 0,86%, indeks Strait Times naik 0,59%, dan indeks Kospi naik 0,04%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,24 triliun dengan volume sebanyak 5,25 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 178.822 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,74%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,62%), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk/SDRA (-24,4%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,52%), dan PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (-6,21%).
Kinclongnya kinerja sektor manufaktur di Jepang mendorong penguatan bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.
Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.
Kemudian kemarin (23/10/2018), inflasi Hong Kong periode September tercatat sebesar 2,7% YoY, jauh melampaui capaian bulan Agustus yang sebesar 2,3% YoY. Tingginya angka inflasi mungkin merupakan sinyal bahwa permintaan barang-barang disana begitu tinggi sehingga kenaikan harga menjadi tak terhindarkan.
Namun, IHSG melemah seiring dengan respons investor yang masih negatif terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia bahwa bank sentral akan mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%.
Dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa menopang penguatan rupiah. Di sisi lain, potensi pelemahan rupiah lebih lanjut memang masih ada, seiring dengan masih panasnya tensi geopolitik antara AS dengan Saudi Arabia dan potensi membengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia pada kuartal III dan IV. Bahkan, potensi pelebaran CAD pada kuartal-III diamini oleh BI.
"Ekspor agak lemah, pertumbuhan akselerasi impor meningkat ini membuat current account di kuartal III, ditambah harga minyak yang tinggi," kata Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara, Selasa (23/10/2018).
Hingga akhir sesi 1, rupiah melemah 0,01% di pasar spot ke level Rp 15.186/dolar AS. Titik terlemah rupiah pada hari ini adalah di level Rp 15.197/dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS flat di level 95,957.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 247 miliar. 5 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Holcim Indonesia Tbk/SMCB (Rp 150,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 60,1 miliar), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 34,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 30,7 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 15,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
IHSG tak mampu memanfaatkan momentum yang hadir dari menghijaunya bursa saham utama kawasan Asia: indeks Nikkei naik 0,49%, indeks Shanghai melesat 1,53%, indeks Hang Seng menguat 0,86%, indeks Strait Times naik 0,59%, dan indeks Kospi naik 0,04%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,24 triliun dengan volume sebanyak 5,25 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 178.822 kali.
Kinclongnya kinerja sektor manufaktur di Jepang mendorong penguatan bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.
Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.
Kemudian kemarin (23/10/2018), inflasi Hong Kong periode September tercatat sebesar 2,7% YoY, jauh melampaui capaian bulan Agustus yang sebesar 2,3% YoY. Tingginya angka inflasi mungkin merupakan sinyal bahwa permintaan barang-barang disana begitu tinggi sehingga kenaikan harga menjadi tak terhindarkan.
Namun, IHSG melemah seiring dengan respons investor yang masih negatif terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia bahwa bank sentral akan mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%.
Dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa menopang penguatan rupiah. Di sisi lain, potensi pelemahan rupiah lebih lanjut memang masih ada, seiring dengan masih panasnya tensi geopolitik antara AS dengan Saudi Arabia dan potensi membengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia pada kuartal III dan IV. Bahkan, potensi pelebaran CAD pada kuartal-III diamini oleh BI.
"Ekspor agak lemah, pertumbuhan akselerasi impor meningkat ini membuat current account di kuartal III, ditambah harga minyak yang tinggi," kata Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara, Selasa (23/10/2018).
Hingga akhir sesi 1, rupiah melemah 0,01% di pasar spot ke level Rp 15.186/dolar AS. Titik terlemah rupiah pada hari ini adalah di level Rp 15.197/dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS flat di level 95,957.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 247 miliar. 5 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Holcim Indonesia Tbk/SMCB (Rp 150,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 60,1 miliar), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 34,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 30,7 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 15,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular