Tabir Pembunuhan Khashoggi Terungkap, Bursa Saham Asia Anjlok

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 October 2018 17:20
Bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup hari di zona merah.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup hari di zona merah: indeks Nikkei anjlok 2,67%, indeks Shanghai anjlok 2,26%, indeks Hang Seng melemah 3,08%, indeks Strait Times turun 1,52%, dan indeks Kospi terpangkas 2,57%.

Koreksi di bursa saham regional terjadi lantaran investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan dalam perdagangan-perdagangan sebelumnya. Dalam 2 perdagangan terakhir misalnya (19 dan 22 Oktober), tercatat indeks Shanghai sudah melesat 6,78%, sementara indeks Hang Seng menguat 2,74%.

Lebih lanjut, investor dipaksa bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seiring dengan sentimen negatif yang berpotensi mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia. Sentimen negatif yang dimaksud adalah potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.

Perkembangan terbaru, semakin jelas bahwa tewasnya Khashoggi adalah sesuatu yang terencana. Hal ini diketahui pasca Khashoggi "gadungan" terlihat keluar dari Konsulat Saudi di Istanbul pada tanggal 2 Oktober dengan mengenakan jenggot palsu dan kacamata. Pria itu juga memakai celana, kemeja dan jaket yang terlihat dipakai Khashoggi ketika masuk ke Konsulat Saudi. Pria tersebut tertangkap video berada di The Blue Mosque, sebuah masjid bersejarah sekaligus destinasi wisata di kota Istanbul.

Seorang pejabat Turki berkata kepada CNN International bahwa Khashoggi gadungan dipakai sebagai umpan. Ia menyamar sebagai si jurnalis untuk mendukung alibi bahwa pemerintah Saudi tidak terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

Sayangnya, rencana itu gagal karena kesalahan berbusana. Dalam rekaman video, penyamar yang diidentifikasi sebagai Mustafa al-Madani mengenakan sepatu yang berbeda dengan apa yang Khashoggi pakai ketika masuk ke konsulat, menurut laporan The Washington Post. Madani diduga bekerja untuk badan intelijen Saudi. Di awal tahun ini, dia terlihat di New York sebelum kunjungan diplomasi dari Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman.

"Itu adalah kegagalan penyamaran, jadi itu tidak pernah menjadi bagian resmi dari narasi pemerintah Saudi," kata diplomat itu kepada The Washington Post.

Sejauh ini, belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.

Namun, bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump dipaksa bersikap luar biasa tegas terhadap sekutunya tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Trump-Xi Jinping Melunak, Bursa Asia Semringah di Akhir Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular