Jelang Lelang dan Rilis Suku Bunga BI, Pasar Obligasi Landai

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 October 2018 10:57
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah melemah tipis dan cenderung masih stagnan hingga siang hari ini menjelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia dan lelang rutin. 

Data Revinitif menunjukkanterkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 8,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga melemah yaitu seri 5 tahun dan 20 tahun dengan kenaikan yield masing-masing 1 bps dan 0,7 bps menjadi 8,51% dan 9,02%. 

Di sisi lain, seri acuan 10 tahun masih stagnan di 8,65%. Stagnansi pasar surat utang rupiah pemerintah hari ini seiring dengan aksi tunggu pelaku pasar terhadap kebijakan moneter bank sentral, yang siang ini dijadwalkan akan diumumkan. 

Sebagian besar pelaku pasar yang disurvei Tim Riset CNBC Indonesia menunjukkan sembilan dari 10 ekonom dan analis memprediksi suku bunga akan tetap dipertahankan pada 5,75%. 

Hari ini juga bertepatan dengan penerbitan SBN melalui mekanisme lelang rutin dengan target dana raihan Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. 

Umumnya, menjelang lelang, pelaku pasar melakukan aksi jual sehingga menaikkan yield. Kenaikan yield di pasar diharapkan dapat memengaruhi proses lelang dan membuat daya tawar pemerintah dalam lelang sedikit berkurang. 

Dari sisi global, konflik Arab Saudi-Amerika Serikat yang belum selesai serta deadlock Brexit memancing investor global untuk masuk ke dolar AS sebagai instrumen yang dianggap lebih aman.

Yield Obligasi Negara Acuan 23 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 22 Okt 2018 (%) Yield 23 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.5088.5191.10
FR0064 10 tahun8.6528.6520.00
FR0065 15 tahun8.8658.881.50
FR0075 20 tahun9.029.0270.70
Avg movement0.83
Sumber: Revinitif 

Stagnansi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 546 bps, melebar dari posisi kemarin 545 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun tipis 3,18%. Stagnansi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.   

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,01% menjadi 5.839 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,2% menjadi Rp 15.210 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,01% menjadi 96,014.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular