Rupiah Labil di Celah Sempit
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2018 12:35

Sejak pagi tadi, dolar AS seakan kehilangan pijakan. Pada pukul 12:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah tipis 0,03%.
Pelaku pasar sepertinya sedang mengambil nafas sejenak setelah Dollar Index menanjak sejak akhir pekan. Akhir pekan lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menanjak lumayan tajam dan ini menjadi bensin yang membuat dolar AS melaju.
Akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 3,202% atau naik 2,7 basis poin (bps) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pagi ini, yield instrumen tersebut turun tipis 0,4 bps ke 3,1977%.
Penurunan yield adalah sinyal bearish buat dolar AS. Pasalnya ketika yield turun maka kupon dalam penerbitan selanjutnya akan turun sehingga lelang obligasi jadi kurang semarak. Akibatnya permintaan dolar AS pun tidak terlalu kencang, dan mata uang ini bergerak melemah.
Namun rupiah belum mampu memanfaatkan peluang ini. Sentimen pemberat rupiah adalah ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikkan suku bunga acuan.
BI akan mengumumkan suku bunga acuan esok hari, dan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan tetap bertahan di 5,75%. Padahal Pada 26 September lalu, The Federal Reserve/The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25%.
Tanpa sentimen kenaikan suku bunga acuan, rupiah pun tidak punya modal untuk menguat. Melihat nasib rupiah yang nelangsa, bisa jadi BI kemudian tergerak untuk menaikkan suku bunga acuan. Siapa tahu...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pelaku pasar sepertinya sedang mengambil nafas sejenak setelah Dollar Index menanjak sejak akhir pekan. Akhir pekan lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menanjak lumayan tajam dan ini menjadi bensin yang membuat dolar AS melaju.
Akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 3,202% atau naik 2,7 basis poin (bps) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pagi ini, yield instrumen tersebut turun tipis 0,4 bps ke 3,1977%.
Namun rupiah belum mampu memanfaatkan peluang ini. Sentimen pemberat rupiah adalah ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikkan suku bunga acuan.
BI akan mengumumkan suku bunga acuan esok hari, dan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan tetap bertahan di 5,75%. Padahal Pada 26 September lalu, The Federal Reserve/The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25%.
Tanpa sentimen kenaikan suku bunga acuan, rupiah pun tidak punya modal untuk menguat. Melihat nasib rupiah yang nelangsa, bisa jadi BI kemudian tergerak untuk menaikkan suku bunga acuan. Siapa tahu...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular