
Kinerja Keuangan Positif, Saham BMRI Tak Kunjung Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 October 2018 10:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika Anda mengamati pergerakan saham-saham perbankan dalam beberapa hari terakhir, mungkin Anda akan menyadari adanya sebuah anomali yakni harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terus melemah walaupun kinerja keuangannya mengalahkan ekspektasi.
Terhitung sejak mengumumkan kinerja keuangan pada hari Rabu (17/10/2018) hingga berita ini diturunkan, harga saham BMRI sudah terkoreksi 1,56%. Pada perdagangan hari ini, harga saham BMRI melemah 0,78% ke level Rp 6.400/saham.
Sepanjang kuartal-III 2018, bank pimpinan Kartika Wirjoatmodjo ini membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income (NIM) sebesar Rp 13,9 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun Reuters sebesar Rp 13,6 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 5,9 triliun, di atas estimasi yang sebesar Rp 5,3 triliun.
Sejumlah indikator pun menunjukkan perbaikan pada 9 bulan pertama tahun ini jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Return on equity (ROE) melejit 135 bps menjadi 14,1%, dari yang sebelumnya 12,8%, sementara non-performing loan (NPL) turun 74 bps menjadi 3%, dari yang sebelumnya 3,8%. Terakhir, penyaluran kredit melesat 13,8% YoY sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, jauh membaik dibandingkan capaian tahun 2017 yang sebesar 9,8% YoY saja.
Ada kemungkinan, kenaikan harga saham BMRI yang sangat pesat tahun lalu membuat valuasinya berada di level yang relatif tinggi sehingga walaupun kinerja keuangannya positif, sahamnya tak menjadi buruan investor. Sepanjang tahun lalu, harga saham BMRI sudah meroket 38,2%.
Jika berdasarkan price-earnings ratio (PER), valuasi saham BMRI memang tak bisa dikatakan murah. Mengutip RTI, price-earnings ratio (PER) dari saham BMRI adalah sebesar 12,38x. Tercatat, 2 bank BUKU IV lainnya yakni BBNI dan BNGA memiliki PER yang lebih rendah, masing-masing sebesar 8,8x dan 6,28x. Sementara itu, 2 bank BUKU IV yang relatif lebih mahal dari BMRI adalah BBRI (12,66x) dan BBCA (25,22x).
Rapat Dewan Gubernur BI Menjadi Ancaman
Selain karena kenaikan harga yang sudah kelewat kencang, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dimulai pada hari ini dan akan berakhir besok (23/10/2018) juga menjadi sentimen negatif bagi saham BMRI.
Walaupun konsensus menunjukkan bahwa bank sentral masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,75%, potensi kenaikan lebih lanjut tentu masih ada, mengingat rupiah belum sepenuhnya bebas dari tekanan. Pada perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,02% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.188/dolar AS.
Terlebih, pada tahun ini kita sudah melihat BI membuat kejutan ketika menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada Juni 2018. Kala itu, konsensus memperkirakan kenaikan suku bunga acuan hanya sebesar 25bps.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas perbankan, termasuk BMRI, bisa menjadi taruhannya. Per 9 bulan pertama 2018, net interest margin (NIM) dari BMRI tercatat sebesar 5,76%, turun 10bps dari posisi 9 bulan pertama tahun 2017 yang sebesar 5,86%.
Ada kemungkinan, perseroan tak bisa terlalu agresif dalam mengerek suku bunga kredit lantaran ada potensi menyusutnya pertumbuhan penyaluran kredit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bank Mandiri Sebar 60% Laba Bersih 2019 untuk Dividen
Terhitung sejak mengumumkan kinerja keuangan pada hari Rabu (17/10/2018) hingga berita ini diturunkan, harga saham BMRI sudah terkoreksi 1,56%. Pada perdagangan hari ini, harga saham BMRI melemah 0,78% ke level Rp 6.400/saham.
Sepanjang kuartal-III 2018, bank pimpinan Kartika Wirjoatmodjo ini membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income (NIM) sebesar Rp 13,9 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun Reuters sebesar Rp 13,6 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 5,9 triliun, di atas estimasi yang sebesar Rp 5,3 triliun.
Ada kemungkinan, kenaikan harga saham BMRI yang sangat pesat tahun lalu membuat valuasinya berada di level yang relatif tinggi sehingga walaupun kinerja keuangannya positif, sahamnya tak menjadi buruan investor. Sepanjang tahun lalu, harga saham BMRI sudah meroket 38,2%.
Jika berdasarkan price-earnings ratio (PER), valuasi saham BMRI memang tak bisa dikatakan murah. Mengutip RTI, price-earnings ratio (PER) dari saham BMRI adalah sebesar 12,38x. Tercatat, 2 bank BUKU IV lainnya yakni BBNI dan BNGA memiliki PER yang lebih rendah, masing-masing sebesar 8,8x dan 6,28x. Sementara itu, 2 bank BUKU IV yang relatif lebih mahal dari BMRI adalah BBRI (12,66x) dan BBCA (25,22x).
Rapat Dewan Gubernur BI Menjadi Ancaman
Selain karena kenaikan harga yang sudah kelewat kencang, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dimulai pada hari ini dan akan berakhir besok (23/10/2018) juga menjadi sentimen negatif bagi saham BMRI.
Walaupun konsensus menunjukkan bahwa bank sentral masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,75%, potensi kenaikan lebih lanjut tentu masih ada, mengingat rupiah belum sepenuhnya bebas dari tekanan. Pada perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,02% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.188/dolar AS.
Terlebih, pada tahun ini kita sudah melihat BI membuat kejutan ketika menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada Juni 2018. Kala itu, konsensus memperkirakan kenaikan suku bunga acuan hanya sebesar 25bps.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas perbankan, termasuk BMRI, bisa menjadi taruhannya. Per 9 bulan pertama 2018, net interest margin (NIM) dari BMRI tercatat sebesar 5,76%, turun 10bps dari posisi 9 bulan pertama tahun 2017 yang sebesar 5,86%.
Ada kemungkinan, perseroan tak bisa terlalu agresif dalam mengerek suku bunga kredit lantaran ada potensi menyusutnya pertumbuhan penyaluran kredit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bank Mandiri Sebar 60% Laba Bersih 2019 untuk Dividen
Most Popular