Pertumbuhan Industri Barang Konsumsi Dinilai Melambat

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
21 October 2018 16:09
Mirae Sekuritas sebut pertumbuhan barang konsumsi RI melambat
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset yang dipublikasikannya, Jumat (19/10/2018), menilai bahwa pertumbuhan industri barang konsumsi yang ada di Indonesia sedang mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab perlambatan pada sektor yang biasa disebut Fast Moving Consumer Good/FMCG tersebut. Diantaranya adalah persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan memanas yang melibatkan berbagai merek lokal maupun impor. 

Selanjutnya, pemulihan daya beli masyarakat yang melambat, serta pergeseran pilihan konsumen dari produk FMCG ke produk non-FMCG juga semakin memperlambat pertumbuhan industri tersebut. 

Mirae berpendapat bahwa konsumen di Indonesia secara bertahap akan beralih dari produk FMCG ke produk / layanan non-FMCG ke konsumsi lain, seperti perjalanan dan data internet.

Seperti diketahui pertumbuhan industri FMCG di Indonesia cenderung melambat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2017, industri tersebut hanya tumbuh 2,7%, dibandingkan pertumbuhan 11% CAGR dari tahun 2003 hingga 2017.

Perlambatan tersebut tercermin dari kinerja beberapa emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR yang kinerjanya anjlok hingga 19,7%, PT CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP sahamnya tergelincir 3,57% dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF juga merosot 20,23%. 
Hasil survei Bank Indonesia (BI), mengatakan bahwa indeks penjualan riil menunjukkan kelesuan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir, yang sejalan dengan perlambatan industri FMCG.

Peningkatan anggaran kesejahteraan sosial yang dilakukan pemerintah seharusnya membantu mendukung pengeluaran rumah tangga berpendapatan rendah. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara - RAPBN 2019, anggaran Kementerian Sosial tumbuh 43,4% menjadi Rp 58.9 triliun atau telah terjadi peningkatan sebesar Rp 17.8 triliun.

Namun demikian, depresiasi rupiah, suku bunga yang lebih tinggi, dan harga minyak mentah global yang naik tetap akan mengikis kemampuan beli masyarakat. Mirae cenderung berpikir bahwa peningkatan anggaran hanya akan sedikit mempengaruhi konsumsi secara makro.

Karena kondisi tersebut Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan rekomendasinya pada sektor konsumer dari anjuran menambah bobot portofolio/Overweight menjadi Netral.
(yam/gus) Next Article Saham 'Anti Krisis' Berserakan! Banyak yang Diskon Pula

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular