'Surat Cinta' Buat Italia dan Kasus Khashoggi Bebani Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 October 2018 08:45

Penguatan dolar AS masih berlanjut. Pada pukul 08:33 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.
Hari ini, kekuatan greenback disokong oleh perilaku investor yang cenderung menghindari risiko (risk aversion). Tidak heran karena banyak risiko yang sedang menyelimuti dunia.
Dari Italia, ada perkembangan 'drama' fiskal Italia. Belum lama ini, pemerintah Negeri Pizza sudah mengesahkan rancangan anggara negara 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rancangan tersebut sudah dikirimkan ke Uni Eropa untuk mendapatkan pengesahan.
Namun situasi memanas kala Komisi Eropa mengirimkan surat kepada Menteri Ekonom Italia Giovanni Tria. 'Surat cinta' tersebut berisi kekhawatiran Brussel terhadap rancangan anggaran Roma yang dinilai terlalu agresif. Belanja negara terlampau tinggi, defisit berpotensi membengkak, dan utang pemerintah tidak akan menurun.
"Tiga faktor tersebut sepertinya adalah bentuk ketidakpatuhan serius terhadap kesepakatan. Dengan utang pemerintah Italia yang mencapai 130% PDB, rencana ini tidak akan membuat jumlah utang turun ke angka sesuai peraturan yaitu 60% PDB," tulis surat tersebut.
Pada 2019, belanja pemerintah Italia naik 2,7% sementara kesepakatan dengan Uni Eropa menyatakan hanya boleh ada pertumbuhan 0,1%. Untuk defisit, semestinya pemerintah Italia mematok di angka 0,6% PDB.
Uni Eropa meminta pemerintah Italia memberikan penjelasan pada Senin Waktu setempat. Jika tidak ada perubahan yang berarti, maka kemungkinan besar Uni Eropa akan menolak rancangan anggaran Italia.
Investor sudah cemas ketika Italia ngotot mempertahankan rencana anggaran dengan defisit yang besar tersebut. Sebab Italia punya pengalaman terjerembab ke jurang krisis fiskal pada 2009-2010. Kala itu, krisis fiskal Italia (dan beberapa negara lain di Eropa) menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
(aji/aji)
Hari ini, kekuatan greenback disokong oleh perilaku investor yang cenderung menghindari risiko (risk aversion). Tidak heran karena banyak risiko yang sedang menyelimuti dunia.
Dari Italia, ada perkembangan 'drama' fiskal Italia. Belum lama ini, pemerintah Negeri Pizza sudah mengesahkan rancangan anggara negara 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rancangan tersebut sudah dikirimkan ke Uni Eropa untuk mendapatkan pengesahan.
"Tiga faktor tersebut sepertinya adalah bentuk ketidakpatuhan serius terhadap kesepakatan. Dengan utang pemerintah Italia yang mencapai 130% PDB, rencana ini tidak akan membuat jumlah utang turun ke angka sesuai peraturan yaitu 60% PDB," tulis surat tersebut.
Pada 2019, belanja pemerintah Italia naik 2,7% sementara kesepakatan dengan Uni Eropa menyatakan hanya boleh ada pertumbuhan 0,1%. Untuk defisit, semestinya pemerintah Italia mematok di angka 0,6% PDB.
Uni Eropa meminta pemerintah Italia memberikan penjelasan pada Senin Waktu setempat. Jika tidak ada perubahan yang berarti, maka kemungkinan besar Uni Eropa akan menolak rancangan anggaran Italia.
Investor sudah cemas ketika Italia ngotot mempertahankan rencana anggaran dengan defisit yang besar tersebut. Sebab Italia punya pengalaman terjerembab ke jurang krisis fiskal pada 2009-2010. Kala itu, krisis fiskal Italia (dan beberapa negara lain di Eropa) menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
(aji/aji)
Next Page
Hubungan Washington-Riyadh Menegang
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular