Perang Dagang sampai Isu Italia Hantam Wall Street

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
19 October 2018 06:27
Indeks-indeks acuan Wall Street turun tajam pada perdagangan hari Kamis (18/10/2018) akibat berbagai sentimen negatif yang menghantui pasar Amerika Serikat (AS)
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street turun tajam pada perdagangan hari Kamis (18/10/2018) akibat berbagai sentimen negatif yang menghantui pasar Amerika Serikat (AS).

Dow Jones Industrial Average anjlok 1,27% menjadi 25.379,45, S&P 500 turun tajam 1,44% ke posisi 2.768,78, dan Nasdaq Composite terperosok 2,06% ke 7.485,14.



Hasil tersebut memperparah pelemahan yang terjadi di bursa AS bulan ini. Dow Jones dan S&P 500 telah anjlok masing-masing lebih dari 4% sementara Nasdaq rontok 7% di Oktober.

Teknologi yang merupakan salah satu sektor S&P 500 yang terbesar dari segi kapitalisasi pasar telah kehilangan 7,1% nilainya bulan ini saja, CNBC International melaporkan.

Beberapa di antara penyebab anjloknya Wall Street hari Kamis adalah kecemasan terkait perang dagang AS-China, kenaikan suku bunga, dan kekhawatiran terkait saham-saham teknologi yang telah overvalued.

Wall Street juga melemah setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin membatalkan kunjungannya ke konferensi investasi di Arab Saudi setelah kasus hilangnya seorang wartawan, Jamal Khashoggi, di konsulat negara Timur Tengah itu di Turki mencuat. Investor cemas keputusan itu akan memengaruhi investasi dari Arab Saudi.

Shanghai Composite Index anjlok 2,9% hari Kamis dan menyentuh posisi terlemahnya sejak November 2014.

Hal ini meningkatkan kecemasan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu akan melambat dan ikut memengaruhi ekonomi global. Beberapa di antara penyebab perlambatan itu adalah upaya pemerintah China menurunkan risiko pinjaman korporasi dalam negeri, usaha penyeimbangan ekonomi, dan perang dagang dengan AS.

Kecemasan di hari Kamis itu memuncak setelah Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi mengatakan salah satu risiko bagi perekonomian Eropa adalah negara-negara yang mencoba melanggar aturan anggaran Uni Eropa (UE).

Komentar Draghi itu membuat yield surat utang Italia melonjak dan melemahkan bursa-bursa Eropa.



Pemerintah Italia mengajukan anggaran 2019 dengan belanja negara yang naik 2,7% meskipun kesepakatan dengan UE menyatakan hanya boleh ada pertumbuhan 0,1%. Italia juga menargetkan defisit di angka 0,6% dari produk domestik bruto (PDB).

Investor dibuat cemas sebab Italia punya pengalaman terjerembab ke jurang krisis fiskal pada 2009-2010 yang menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular