Dolar AS Juara Lawan Rupiah, Mata Uang Asia, Mata Uang Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2018 11:00
Dolar AS Juara Lawan Rupiah, Mata Uang Asia, Mata Uang Dunia
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan kembali melemah. Padahal rupiah sempat menguat 2 hari beruntun. 

Pada Kamis (18/10/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.187. Rupiah melemah 0,06%. 

Kemarin, rupiah mampu menguat 0,18% terhadap dolar AS di kurs acuan. Sementara kemarin lusa, rupiah juga menguat 0,26%. 



Sementara di pasar spot, rupiah juga melemah dan dolar AS mendekat lagi ke kisaran Rp 15.200. Pada pukul 10:16 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 15.185 di mana rupiah melemah 0,23%. 

Saat pembukaan pasar spot, rupiah melemah 0,07%. Depresiasi rupiah semakin dalam seiring perjalanan pasar. Keperkasaan dolar AS membuat mata uang ini dominan di Asia.


Hanya dolar Hong Kong dan dolar Singapura yang mampu menguat tipis, sedangkan mata uang lainnya melemah.
 Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan paling dalam. Disusul oleh baht Thailand dan rupiah di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:19 WIB: 



Penguatan dolar AS masih berlanjut. Pada pukul 10:22 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. 

Energi dolar AS datang dari rilis notulensi The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018. Dalam rapat tersebut, semakin terlihat jelas bahwa Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan terus melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat. 

"Dengan perkiraan ekonomi ke depan, peserta rapat mengantisipasi akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam target yang ditetapkan sehingga konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut notulensi itu. 

Merespons rilis ini, pasar obligasi AS menggeliat. Kenaikan suku bunga acuan memang akan mendongkrak imbalan investasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. 

Mendapat kabar bahwa The Fed masih terus dalam mode menaikkan suku bunga, imbal hasil (yield) obligasi AS ikut bergerak naik. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS: 



Kenaikan yield adalah sinyal bullish bagi dolar AS. Sebab yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon dalam lelang obligasi berikutnya. Saat yield naik, berarti kupon juga naik sehingga minat terhadap obligasi pemerintah AS melonjak. 

Permintaan terhadap obligasi yang tinggi tentu searah dengan permintaan dolar AS. Oleh karena itu, tidak heran dolar AS ikut menguat saat yield bergerak naik. 

Perkembangan di AS ini membuat greenback berjaya di dunia. Melawan mata uang utama, melawan mata uang Asia, dolar AS tetap jadi juara. 


TIM RISET CNBC INDONESIA

 
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular