Dolar AS Menggila, Rupiah Terlemah Keempat di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2018 08:33
Notulensi Rapat The Fed Jadi Energi Dolar AS
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Pada pukul 08:24 WIB, Dollar Index (yang mengukur greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,08%. 

Penguatan dolar AS ditopang oleh rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018. Selain menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% atau median 2,125%, rapat The Fed juga memberi gambaran yang sangat hawkish

Dalam notulensi tersebut, semakin terang-benderang bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap. Para pengambil kebijakan di The Fed yaitu Federal Open Market Committee (FOMC) mayoritas menilai bahwa kenaikan suku bunga secara gradual kemungkinan besar akan berjalan secara konsisten. Hal ini seiring ekspansi ekonomi yang terus berlanjut, pasar tenaga kerja yang solid, dan risiko percepatan laju inflasi. 

"Pendekatan (kenaikan suku bunga acuan) secara bertahap akan menyeimbangkan risiko akibat pengetatan moneter yang terlalu cepat yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dan inflasi di bawah target Komite. Namun bila (kenaikan suku bunga acuan) dilakukan terlalu lambat, maka akan menyebabkan inflasi bergerak di atas target dan menyebabkan ketidakseimbangan di sistem keuangan," tulis notulensi rapat tersebut. 

Kompaknya para anggota FOMC membuat pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada rapat 19 Desember adalah 81,4%, naik dibandingkan kemarin yaitu 78,5%. 

The Fed sudah menaikkan suku bunga sejak 2015, dan sejak kenaikan bulan lalu mereka sudah lagi menggunakan kata 'akomodatif'. Hampir seluruh seluruh anggota FOMC sepakat untuk menghilangkan kata tersebut. Artinya suku bunga acuan memang sudah tidak lagi menjadi alat untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. 

Saat ini suku bunga acuan AS berada di median 2,125%. FOMC menargetkan suku bunga akan naik menjadi median 3,1% pada akhir 2019 dan 3,4 pada akhir 2020. Dalam jangka panjang, suku bunga baru berangsur turun ke arah 3%. 

Terkonfirmasi, The Fed tetap dan masih akan hawkish setidaknya sampai 2020. Tren kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam tidak bisa dihindari lagi, ucapkan selamat tinggal kepada era suku bunga rendah. 

Artinya, berinvestasi di AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan semakin menguntungkan. Ini tentu membuat permintaan dolar AS meningkat sehingga nilainya menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular