Juara, Rupiah Menguat Sendirian di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 October 2018 12:24
Juara, Rupiah Menguat Sendirian di Asia!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat. Bahkan rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama Asia yang masih mampu menandingi keperkasaan dolar AS. 

Pada Rabu (17/10/2018) pukul 12:02 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 15.185. Rupiah masih menguat 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, posisi rupiah cukup meyakinkan dengan penguatan 0,3%. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah terus berkurang.


Setidaknya rupiah tidak sampai menyentuh zona merah seperti mata uang Asia lainnya.
 Ya, mata uang Asia yang pagi tadi sempat perkasa kini tunduk di hadapan dolar AS. Tinggal rupiah tersisa sendirian sebagai mata uang yang masih menguat. Jadi walau cuma menguat tipis 0,07%, rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbaik di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:07 WIB: 

 

Keperkasaan dolar AS semakin nyata. Pada pukul 12:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,16%.  

Sentimen utama penopang penguatan dolar AS adalah jelang rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September malam ini waktu Indonesia. Keputusan Jerome Powell dan kolega memang sudah diketahui yaitu menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25% atau media 2,125%.

Namun investor ingin mengetahui dinamika dalam rapat tersebut. Jika The Fed semakin optimistis dengan perkembangan ekonomi AS, maka kenaikan suku bunga secara gradual tetap akan menjadi kebijakan utama.

Tahun ini The Fed sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan, dan diperkirakan ada sekali lagi kenaikan pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada rapat 19 Desember adalah 77,3%. 

Pelaku pasar juga ingin memastikan seperti apa arah kebijakan The Fed ke depan. Untuk saat ini, pasar berekspektasi akan ada kenaikan suku bunga setidaknya tiga kali pada 2019. Investor berharap ada petunjuk yang lebih jelas mengenai hal itu. 

Didukung prospek kenaikan suku bunga acuan, dolar AS mendapat obat kuat yang mujarab. Arus modal terus berkerumun di sekitar greenback sehingga nilainya semakin mahal atau menguat. 

Rupiah yang menjadi satu-satunya mata uang yang menguat di Asia kemungkinan ditopang oleh intervensi Bank Indonesia (BI). Selama ini BI memang aktif 'bergerilya' di pasar valas dan obligasi pemerintah untuk stabilitas nilai tukar. 

Tanpa intervensi BI, kemungkinan besar rupiah akan terseret arus penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sebab, dari dalam negeri memang tidak ada sentimen positif yang bisa membantu rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular