Dolar AS Simpan Tenaga, Rupiah Terbaik Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 October 2018 08:46
Dolar AS Simpan Tenaga, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pagi ini. Rupiah melanjutkan tren positif yang terjadi sejak kemarin. 

Pada Rabu (17/10/2018), US$ 1 dihargai Rp 15.150 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Apresiasi rupiah agak menipis seiring perjalanan pasar. Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 15.172 di mana rupiah menguat 0,15%. Hawa penguatan rupiah sudah terasa kala mata uang Tanah Air menguat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pasar spot dibuka.


Kemarin, rupiah ditutup menguat tipis 0,03%. Padahal rupiah banyak menghabiskan waktu di zona merah, tetapi mampu bangkit jelang penutupan perdagangan. 


Pagi ini, mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang lainnya yang mampu menguat adalah rupee India, won Korea Selatan, yuan China, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura. 

Namun dengan penguatan 0,15%, rupiah berhasil jadi mata uang terbaik kedua Asia. Posisi puncak ditempati oleh rupee. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 08:08 WIB: 



Laju dolar AS memang masih lambat. Pada pukul 08:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hanya menguat tipis 0,05%. 

Sekitar tengah malam tadi waktu Indonesia, pemerintah AS baru saja menyelesaikan lelang dua seri obligasi yaitu tenor 4 dan 8 pekan. Untuk tenor 4 pekan, jumlah yang dimenangkan adalah US$ 40 miliar dari US$ 112,48 miliar penawaran yang masuk. Sedangkan untuk yang 8 pekan, jumlah yang dimenangkan adalah US$ 25 miliar dari total penawaran US$ 78,33 miliar. 

Selepas lelang, biasanya investor menyimpan tenaga karena amunisi sudah banyak terbuang untuk membeli obligasi pemerintah Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, permintaan terhadap dolar AS masih belum terlalu banyak sehingga laju penguatannya relatif terbatas. 

Dinamika dolar AS ini berhasil dimanfaatkan oleh rupiah dan sejumlah mata uang Asia. Namun kewaspadaan tidak boleh kendur karena dolar AS masih punya simpanan tenaga untuk menguat. 

Potensi penguatan dolar AS bisa datang dari berbagai sentimen. Pertama adalah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih bergerak naik. Untuk seri acuan tenor 10 tahun, yield naik 1,3 basis poin (bps) menjadi 3,169%. 

Kenaikan yield adalah tanda panggilan bagi investor untuk mengoleksi dolar AS. Sebab dengan yield yang tinggi di pasar sekunder, investor boleh berharap akan ada kupon yang lebih tinggi dalam lelang obligasi berikutnya. 

Dengan pancingan kupon tinggi, tentu lelang obligasi AS akan semarak. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap dolar AS akan meningkat karena dipakai sebagai peluru untuk memborong obligasi. Permintaan dolar AS yang meningkat akan membuat mata uang ini kian kuat. 

Kedua, malam ini waktu Indonesia akan ada rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018. Pada rapat yang berakhir 26 September tersebut, Jerome Powell dan kolega memutuskan untuk menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 2-2,25% atau median 2,125%. 

Meski hasilnya sudah diketahui, tetapi pelaku pasar tentu masih ingin mencari petunjuk seputar arah kebijakan moneter Negeri Adidaya ke depan. Apakah sinyal hawkish semakin kuat dalam rapat tersebut? Apakah The Fed semakin yakin untuk kembali menaikkan suku bunga pada rapat Desember mendatang? 

Bila ada petunjuk bahwa The Fed semakin optimistis terhadap pemulihan ekonomi AS, maka hampir bisa dipastikan kenaikan suku bunga akan terjadi kembali pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga pada rapat 19 Desember mencapai 77,3%. Probabilitas ini akan naik jika ada petunjuk yang kian terang-benderang dalam minutes of meeting

Kenaikan suku bunga adalah obat kuat yang ampuh untuk membuat dolar AS bergairah. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbalan investasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap. Arus modal akan semakin mengalir ke AS sehingga laju greenback sulit dibendung. 

Oleh karena itu, pelaku pasar tetap perlu waspada. Meski sekarang dolar AS agak jalan di tempat, tetapi sebenarnya dia tengah menyimpan tenaga untuk melakukan sprint.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular