
Dolar AS Bergejolak, Yield Obligasi 15 Tahun Capai 9%
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 October 2018 20:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan hari ini, hingga mengangkat tingkat imbal hasil (yield) seri 15 tahun ke atas 9%. Posisi yield itu menjadi yang tertinggi sejak Desember 2015.
Data Reuters menunjukkan terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 7,1 basis poin (bps) hingga menembus level psikologis 9%, tepatnya menjadi 9,02%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Yield tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak 17 Desember 2015. Seri acuan lain juga melemah, dengan kenaikan yield pada seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun sebesar 7 bps, 0,4 bps, dan 4 bps menjadi 8,57%, 8,85%, dan 9,21%.
Koreksi terjadi di tengah fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) akibat naiknya harga minyak sejak kemarin. Kenaikan harga minyak brent ke kisaran US$ 80 per barel dipicu khawatirnya investor global terhadap konflik AS-Arab Saudi terhadap hilangnya seorang wartawan.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Oct 2018
Sumber: Reuters
Koreksi hari ini juga bertepatan dengan lelang rutin, di mana pelaku pasar biasanya menekan harga pasar agar mendorong yield sehingga mendapatkan harga diskon lebih besar dalam lelang.
Lelang hari ini dilakukan pemerintah dalam rangka penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dengan target Rp 4 triliun. Permintaan pelaku pasar yang masuk adalah Rp 13,89 triliun, di atas rerata sejak awal tahun Rp 12,83 triliun dan di atas permintaan lelang SBSN sebelumnya Rp 10,39 triliun.
Turunnya pasar obligasi pemerintah hari ini jugatercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercermin oleh penurunan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).
Indeks tersebut turun 0,57 poin (0,26%) menjadi 222,8 dari posisi kemarin 223,37. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 568 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,17%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 848,23 triliun SBN, atau 37,02% dari total beredar Rp 2.291 triiliun.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,62 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi persentasenya sudah naik dari posisi awal Oktober 36,89%. Koreksidi pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru naik kencang 1,28% menjadi 5.800 hingga penutupan, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,03% menjadi Rp 15.195 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiringseiring dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang turun 0,04% menjadi 95,025.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Intip Cuan dari Obligasi, Hari Ini Berpotensi Reli Lagi
Data Reuters menunjukkan terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri 15 tahun dengan kenaikan yield 7,1 basis poin (bps) hingga menembus level psikologis 9%, tepatnya menjadi 9,02%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Yield tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak 17 Desember 2015. Seri acuan lain juga melemah, dengan kenaikan yield pada seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun sebesar 7 bps, 0,4 bps, dan 4 bps menjadi 8,57%, 8,85%, dan 9,21%.
Koreksi terjadi di tengah fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) akibat naiknya harga minyak sejak kemarin. Kenaikan harga minyak brent ke kisaran US$ 80 per barel dipicu khawatirnya investor global terhadap konflik AS-Arab Saudi terhadap hilangnya seorang wartawan.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 15 Okt 2018 (%) | Yield 16 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.507 | 8.577 | 7.00 |
FR0064 | 10 tahun | 8.85 | 8.854 | 0.40 |
FR0065 | 15 tahun | 8.955 | 9.026 | 7.10 |
FR0075 | 20 tahun | 9.169 | 9.214 | 4.50 |
Avg movement | 4.75 |
Koreksi hari ini juga bertepatan dengan lelang rutin, di mana pelaku pasar biasanya menekan harga pasar agar mendorong yield sehingga mendapatkan harga diskon lebih besar dalam lelang.
Lelang hari ini dilakukan pemerintah dalam rangka penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dengan target Rp 4 triliun. Permintaan pelaku pasar yang masuk adalah Rp 13,89 triliun, di atas rerata sejak awal tahun Rp 12,83 triliun dan di atas permintaan lelang SBSN sebelumnya Rp 10,39 triliun.
Hasil Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
16-Oct-18 | SPNS03042019 | SPNS03072019 | PBS014 | PBS019 | PBS017 | PBS012 | |
Jatuh tempo | 3-Apr-19 | 3-Jul-19 | 15-May-21 | 15-Sep-23 | 15-Oct-25 | 15-Nov-31 | |
Kupon imbal hasil | Diskonto | Diskonto | 6.500% | 8.250% | 6.125% | 8.875% | |
Yield rerata tertimbang | 6.703% | 6.953% | 8.260% | 8.833% | 9.188% | 9.460% | |
Penawaran masuk | 4,796 | 3,515 | 3,124 | 945 | 539 | 974 | |
Kompetitif dimenangkan | 500 | 500 | 1,299 | 757 | 498 | 530 | |
Total dimenangkan | 1,000 | 1,000 | 1,350 | 765 | 505 | 605 | |
Persentase dimenangkan | 50.00% | 50.00% | 96.22% | 98.95% | 98.61% | 87.60% | |
Target indikatif | 4,000 | ||||||
Total penawaran masuk | 13,894 | ||||||
Penerbitan | 5,225 | ||||||
(Rp miliar) | |||||||
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu |
Turunnya pasar obligasi pemerintah hari ini jugatercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercermin oleh penurunan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).
Indeks tersebut turun 0,57 poin (0,26%) menjadi 222,8 dari posisi kemarin 223,37. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 568 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,17%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 848,23 triliun SBN, atau 37,02% dari total beredar Rp 2.291 triiliun.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,62 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi persentasenya sudah naik dari posisi awal Oktober 36,89%. Koreksidi pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru naik kencang 1,28% menjadi 5.800 hingga penutupan, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,03% menjadi Rp 15.195 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiringseiring dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang turun 0,04% menjadi 95,025.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Intip Cuan dari Obligasi, Hari Ini Berpotensi Reli Lagi
Most Popular