Masih Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Kian Lemah di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 October 2018 10:38
Masih Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Kian Lemah di Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat pada perdagangan hari ini. Sementara di pasar spot, rupiah yang awalnya menguat malah berbalik melemah. 

Pada Selasa (16/10/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.206. Rupiah menguat 0,26% dibandingkan perdagangan sebelumnya. 

Sejak awal tahun, rupiah melemah 12,29%. Dibandingkan posisi yang sama setahun lalu, depresiasi rupiah mencapai 12,78%. 



Di pasar spot, nasib rupiah lebih nelangsa. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 15.215 di mana rupiah melemah 0,1%. 

Padahal saat pembukaan pasar rupiah mampu menguat 0,13%. Namun penguatan itu tidak bertahan lama, karena dolar AS pun berbalik dari melemah menjadi menguat. 

Kini dolar AS yang sempat tiarap kembali menunjukkan dominasi di Asia. Hanya won Korea Selatan, ringgi Malaysia, dan dolar Taiwan yang mampu menguat. Penguatan berbagai mata uang ini pun mulai tergerus. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:10 WIB: 



Setelah sempat melemah sejak dini hari tadi, dolar AS bangkit dari kubur. Pada pukul 10:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang dunia) menguat 0,09%. 

Dari dalam negeri, faktor penguat dolar AS datang dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Kenaikan yield bagai peluit yang mengundang investor untuk masuk ke dolar AS sehingga nilainya menguat. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS yang menunjukkan kenaikan di hampir semua tenor: 

 

Saat yield naik, maka ada kemungkinan besar penawaran kupon di lelang berikutnya ikut terangkat. Ada beberapa lelang obligasi pemerintah AS, paling dekat adalah tengah malam ini waktu Indonesia yaitu untuk tenor 4 dan 8 pekan. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 65 miliar. 

Kemudian pada 18 Oktober ada lelang obligasi jangka panjang tenor 30 tahun dengan target US$ 5 miliar. Setelah itu pada 22 Oktober dilelang obligasi tenor 13 dan 26 pekan, lalu 24 Oktober ada lelang tenor 2 tahun, dan 24 Oktober lelang untuk tenor 2 dan 5 tahun. Terakhir, pada 25 Oktober adalah pelaksanaan lelang obligasi tenor 7 tahun. 

Sebagai persiapan menghadapi lelang, investor berusaha mengangkat yield setinggi mungkin agar bisa mendapatkan kupon yang tinggi dan harga murah. Kemudian investor juga memburu dolar AS karena mata uang ini akan digunakan untuk membeli obligasi saat lelang. Ini yang membuat yield obligasi dan dolar AS bergerak searah. 

Tidak hanya dari dalam negeri, dolar AS juga mendapat suntikan energi dari luar yaitu tingginya ketidakpastian di Eropa. Buntunya proses negosiasi Brexit dan kisruh anggaran Italia menjadi risiko yang membuat pelaku pasar memilih bermain aman.


Dolar AS lagi-lagi jadi tujuan utama. Perkembangan ini membuat rupiah tidak berdaya. Sinyal penguatan rupiah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pembukaan pasar spot pun pudar.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular