
Survei BI: Pertumbuhan Dunia Usaha di Kuartal III Melambat
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
12 October 2018 18:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Berdasarkan rilis data terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), pertumbuhan dunia usaha di kuartal III-2018 mengalami perlambatan. Kondisi ini tercermin dari perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hanya tumbuh 14,23% atau turun 6,46% dari kuartal II sebesar 20,89%.
Penurunan SBT terbesar dialami sektor pertanian dan sebagainya yang turun ke level 0,54% dari periode kuartal II yang sebesar 2,81%. Selain itu, sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami penurunan yang tak kalah signifikan ke level 0,90% dari sebelumnya 2,05% di kuartal II.
Sementara sektor pengolahan mengalami penurunan SBT paling minim yaitu 0,09% ke level 3,85%. Di sisi lain, sektor jasa justru mampu tumbuh ke level 2,08% atau naik 0,26 % dari periode kuartal sebelumnya.
Perlambatan dunia usaha berpengaruh terhadap rilis data Prompt Manufacturing Index (PMI) di kuartal III pada level 52,02%. Angka ini turun dibandingkan kuartal II yang berada di level 52,40%. Semakin rendahnya PMI, mengindikasikan ekspansi dunia usaha cenderung melambat.
Dampak dari melambatnya ekspansi terlihat dari jumlah penggunaan tenaga kerja. Pada periode kuartal III, penggunaan tenaga kerja hanya tumbuh 3,44% atau lebih rendah 1,29% dari periode kuartal II-2018.
Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dapat dimaklumi. Sebab pada periode tersebut, tingkat harga jual mengalami penurunan. SBT Harga jual hanya tumbuh 18,43% atau lebih rendah dibandingkan kuartal II yang tumbuh hingga 19,61%. Penurunan harga jual tentu berdampak kepada revenue yang didapatkan perusahaan. Akibatnya, biaya untuk kegiatan operasional semakin kecil dan berimbas kepada penggunaan tenaga kerja.
Dari sisi investasi ikut-ikutan melambat. Terhitung SBT investasi dunia usaha hanya tumbuh 10,64%. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal II yang mampu tumbuh hingga 11,73%. Sementara di kuartal IV, BI memproyeksi perlambatan tetap terjadi. Diperkirakan SBT tumbuh di kisaran 8,26%. Tantangan dunia usaha akan semakin berat ke depannya, terutama perkirakan kenaikan suku bunga kredit hingga kondisi ekonomi global yang kurang kondusif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Penurunan SBT terbesar dialami sektor pertanian dan sebagainya yang turun ke level 0,54% dari periode kuartal II yang sebesar 2,81%. Selain itu, sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami penurunan yang tak kalah signifikan ke level 0,90% dari sebelumnya 2,05% di kuartal II.
Sementara sektor pengolahan mengalami penurunan SBT paling minim yaitu 0,09% ke level 3,85%. Di sisi lain, sektor jasa justru mampu tumbuh ke level 2,08% atau naik 0,26 % dari periode kuartal sebelumnya.
Dampak dari melambatnya ekspansi terlihat dari jumlah penggunaan tenaga kerja. Pada periode kuartal III, penggunaan tenaga kerja hanya tumbuh 3,44% atau lebih rendah 1,29% dari periode kuartal II-2018.
Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dapat dimaklumi. Sebab pada periode tersebut, tingkat harga jual mengalami penurunan. SBT Harga jual hanya tumbuh 18,43% atau lebih rendah dibandingkan kuartal II yang tumbuh hingga 19,61%. Penurunan harga jual tentu berdampak kepada revenue yang didapatkan perusahaan. Akibatnya, biaya untuk kegiatan operasional semakin kecil dan berimbas kepada penggunaan tenaga kerja.
Dari sisi investasi ikut-ikutan melambat. Terhitung SBT investasi dunia usaha hanya tumbuh 10,64%. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal II yang mampu tumbuh hingga 11,73%. Sementara di kuartal IV, BI memproyeksi perlambatan tetap terjadi. Diperkirakan SBT tumbuh di kisaran 8,26%. Tantangan dunia usaha akan semakin berat ke depannya, terutama perkirakan kenaikan suku bunga kredit hingga kondisi ekonomi global yang kurang kondusif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Melesat! BI Ramal Kredit Tumbuh 8% pada 2022
Most Popular