
Lemahnya Data Inflasi tak Mampu Bendung Pelemahan Wall Street
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 October 2018 21:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street melemah pada sesi awal perdagangan hari ini: Dow Jones melemah 0,26%, S&P 500 melemah 0,19%, dan Nasdaq melemah 0,02%.
Lemahnya inflasi AS tak mampu meredam aksi jual di pasar saham AS. Sekitar sejam yang lalu, inflasi AS periode September diumumkan sebesar 2,3% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 2,4% YoY.
Rendahnya inflasi lantas membuka ruang bagi the Federal Reserve untuk tak mengerek suku bunga acuan pada bulan Desember. Memang, data inflasi menjadi salah satu indikator utama yang diperhatikan oleh the Fed, selain juga data tenaga kerja.
Mengutip situs CME Group, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Oktober 2018, kemungkinan the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini adalah sebesar 78,1%, lebih rendah dibandingkan posisi 10 Oktober yang sebesar 81%.
Kenaikan suku bunga yang tak begitu agresif tentu menjadi kabar baik bagi pasar saham, mengingat perekonomian AS bisa dipacu tumbuh lebih kencang.
Sayangnya, pasar obligasi kembali menjadi biang kerok bagi Wall Street. Pelaku pasar nampak masih gencar memburu obligasi terbitan pemerintahan Negeri Paman Sam lantaran imbal hasil (yield) yang masih relatif menarik.
Pada perdagangan hari ini, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 5,8 bps menjadi 3,1668%, dari yang sebelumnya 3,225%. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Pada perdagangan hari ini, tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(miq/miq) Next Article Netflix Sang Juara Saham!
Lemahnya inflasi AS tak mampu meredam aksi jual di pasar saham AS. Sekitar sejam yang lalu, inflasi AS periode September diumumkan sebesar 2,3% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 2,4% YoY.
Rendahnya inflasi lantas membuka ruang bagi the Federal Reserve untuk tak mengerek suku bunga acuan pada bulan Desember. Memang, data inflasi menjadi salah satu indikator utama yang diperhatikan oleh the Fed, selain juga data tenaga kerja.
Kenaikan suku bunga yang tak begitu agresif tentu menjadi kabar baik bagi pasar saham, mengingat perekonomian AS bisa dipacu tumbuh lebih kencang.
Sayangnya, pasar obligasi kembali menjadi biang kerok bagi Wall Street. Pelaku pasar nampak masih gencar memburu obligasi terbitan pemerintahan Negeri Paman Sam lantaran imbal hasil (yield) yang masih relatif menarik.
Pada perdagangan hari ini, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 5,8 bps menjadi 3,1668%, dari yang sebelumnya 3,225%. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Pada perdagangan hari ini, tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(miq/miq) Next Article Netflix Sang Juara Saham!
Most Popular