Banjir Sentimen Negatif, Harga Minyak Terendah Dalam 2 Pekan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 October 2018 10:40
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 anjlok 1,85% ke level US$81,55/barel hingga pukul 10.15 WIB, pada perdagangan hari Kamis
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 anjlok 1,85% ke level US$81,55/barel hingga pukul 10.15 WIB, pada perdagangan hari Kamis (11/10/2018). Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak November 2018 turun 1,69% ke level US$71,93/barel.

Dengan pergerakan tersebut, harga minyak jatuh semakin dalam pasca pada perdagangan kemarin melemah amat signifikan. Pada penutupan perdagangan hari Rabu (10/10/2018), harga brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi 2% lebih, hingga terejerumus ke level US$ 83,09/barel. Harga brent kini terendah nyaris dalam 2 pekan terakhir, atau sejak 26 September 2018.



Kenaikan produksi di Amerika Serikat jadi biang keladi koreksi yang terjadi sejak kemarin. American Petroleum Institute (API) melaporkan cadangan minyak AS pekan lalu naik 9,7 juta barel menjadi 410,7 juta barel. Kenaikan ini jauh dibandingkan ekspektasi pasar yaitu 'hanya' 2,6 juta barel.

Sementara itu, stok minyak mentah di pusat pengiriman minyak AS di Cushing, Oklahoma, meningkat 2,2 juta barel, masih merujuk pada data API. Data resmi dari pemerintah (US Energy Information Administration/EIA) akan diumumkan pada hari ini pukul 21.30 WIB.

Kemudian, faktor lain yang menekan harga minyak adalah risiko perlambatan ekonomi dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2018 dan 2019 sebesar 3,7%. Melambat dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.

Faktor utama penyebab perlambatan ekonomi global adalah perang dagang AS vs China. Perang dagang diperkirakan akan mengganggu rantai pasok global.

BACA: IMF Pesimistis, Harga Minyak Dunia Terkikis

"Bea masuk AS yang dikenakan terhadap produk China akan mengganggu rantai pasok, terutama jika ada pembalasan. Kebijakan perdagangan dan ketidakpastian sudah berdampak kepada berbagai perusahaan," tegas Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF, dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, kemarin.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat tentu saja akan diiringi oleh penurunan permintaan energi dunia (termasuk minyak bumi). Hal ini lantas mampu menyeret harga minyak ke zona merah sejak kemarin.

Sentimen lain yang menyeret harga minyak jatuh lebih dalam adalah meredanya kekhawatiran disrupsi pasokan akibat bencana alam di Teluk Meksiko. Pasalnya, Badai Michael ternyata mengarah ke Florida, sehingga aset perminyakan terhindar dari kerusakan yang masif.

Kemudian, kemarin EIA juga mengestimasikan bahwa produksi minyak mentah AS akan meningkat 1,39 juta barel/hari ke angka 10,74 juta barel/hari ini. Prediksi membaiknya pasokan dari Negeri Paman Sam tersebut lantas ditransmisikan menjadi pelemahan harga minyak lebih jauh pada hari ini.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular