
Obligasi Negara Tertekan, Saat Yield US Treasury Naik
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
10 October 2018 18:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada penutupan pasar hari ini. Koreksi pasar surat berharga negara (SBN) terjadi seiring dengan naiknya tingkat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) yaitu US Treasury.
Merujuk data Reuters, koreksi harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling melemah adalah seri 20 tahun, yang mengalami kenaikan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,98%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun, dengan kenaikan yield 1 bps, 4 bps, 3 bps menjadi 8,32%, 8,59%, dan 8,75%.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Oct 2018
Sumber: Reuters
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indek tersebut naik tipis 0,8 poin (0,04%) menjadi 226,24 dari posisi kemarin 226,15. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, dari posisi spread kemarin 534 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,22% karena perhatian pelaku pasar global sedang tersita lelang rutin nanti malam waktu AS. Lelang US Treasury kali ini menjadi penting karena ada premium yang dapat diraih investor setelah kenaikan suku bunga acuan mereka.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek jika tidak ada pengaruh faktor lain.
Saat ini yield 25 tahun sedang berada di 9,06%, sudah lebih tinggi daripada yield tenor yang lebih panjang yaitu tenor 30 tahun yang berada pada 9,03%.
Posisi ini, yang sudah dapat dianggap sebagai kurva yield terbalik (inverted yield curve) mengindikasikan minat beli investor yang lebih tinggi pada tenor 30 tahun yang lebih panjang daripada tenor 25 tenor. Kurva terbalik tersebut biasanya mengindikasikan adanya tekanan pada kondisi perekonomian.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 849,59 triliun SBN rupiah, berporsi 36,96% dari total beredar Rp 2.298 triliun.
Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang yang justru berbalik menguat setelah terkoreksi sejak pekan lalu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,41% hingga 5.820 pada penutupan tadi sore. Nilai tukar rupiah menguat 0,18% menjadi Rp 15.198 di hadapan setiap dolar AS.
Mata uang garuda berhasil menguat meskipun Dollar Index naik 0,05% menjadi 95,716. Dollar Index merupakan cerminan mata uang Negeri Paman Trump tersebut di depan mata uang negara utama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Merujuk data Reuters, koreksi harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun, dengan kenaikan yield 1 bps, 4 bps, 3 bps menjadi 8,32%, 8,59%, dan 8,75%.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 9 Okt 2018 (%) | Yield 10 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8,317 | 8,328 | 1,10 |
FR0064 | 10 tahun | 8,553 | 8,596 | 4,30 |
FR0065 | 15 tahun | 8,723 | 8,757 | 3,40 |
FR0075 | 20 tahun | 8,933 | 8,987 | 5,40 |
Avg movement | 3,55 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indek tersebut naik tipis 0,8 poin (0,04%) menjadi 226,24 dari posisi kemarin 226,15. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, dari posisi spread kemarin 534 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,22% karena perhatian pelaku pasar global sedang tersita lelang rutin nanti malam waktu AS. Lelang US Treasury kali ini menjadi penting karena ada premium yang dapat diraih investor setelah kenaikan suku bunga acuan mereka.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek jika tidak ada pengaruh faktor lain.
Saat ini yield 25 tahun sedang berada di 9,06%, sudah lebih tinggi daripada yield tenor yang lebih panjang yaitu tenor 30 tahun yang berada pada 9,03%.
Posisi ini, yang sudah dapat dianggap sebagai kurva yield terbalik (inverted yield curve) mengindikasikan minat beli investor yang lebih tinggi pada tenor 30 tahun yang lebih panjang daripada tenor 25 tenor. Kurva terbalik tersebut biasanya mengindikasikan adanya tekanan pada kondisi perekonomian.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 849,59 triliun SBN rupiah, berporsi 36,96% dari total beredar Rp 2.298 triliun.
Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang yang justru berbalik menguat setelah terkoreksi sejak pekan lalu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,41% hingga 5.820 pada penutupan tadi sore. Nilai tukar rupiah menguat 0,18% menjadi Rp 15.198 di hadapan setiap dolar AS.
Mata uang garuda berhasil menguat meskipun Dollar Index naik 0,05% menjadi 95,716. Dollar Index merupakan cerminan mata uang Negeri Paman Trump tersebut di depan mata uang negara utama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular