
Rupiah Menguat, Pasar Obligasi Malah Terpeleset
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 October 2018 10:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi tipis pada awal perdagangan hari ini. Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah seri 10 tahun dan 20 tahun, yang mengalami kenaikan yield masing-masing 4,3 basis poin (bps) menjadi 8,59% dan 8,97%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga melemah, dengan yield yang naik masing-masing untuk seri 5 tahun dan 15 tahun sebesar 1 bps dan 4 bps menjadi 8,32% dan 8,76%.
Pelemahan pasar SBN tersebut masih terjadi ketika nilai tukar rupiah mulai berbalik menguat terhadap dolar AS, setelah sebelumnya menyerah berturut-turut sejak pekan lalu.
Sumber: Reuters
Apresiasi rupiah sekaligus pelemahan dolar, sebenarnya juga sudah tercermin dari Dollar Indeks, yaitu cerminan posisi dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
Dollar Index melemah 0,08% menjadi 95,591, meskipun di depan mata uang Asia hasilnya masih beragam. Di hadapan rupiah, dolar AS melemah tipis 0,03% yaitu menjadi Rp 15.220 per dolar AS.
Posisi yield tersebut juga masih menempati posisi tertinggi sejak 2011. Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru sudah beranjak ke zona positif yaitu 0,25 menjadi 5.808.
(irv/hps) Next Article Berburu Surat Utang Domestik
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan lain juga melemah, dengan yield yang naik masing-masing untuk seri 5 tahun dan 15 tahun sebesar 1 bps dan 4 bps menjadi 8,32% dan 8,76%.
Pelemahan pasar SBN tersebut masih terjadi ketika nilai tukar rupiah mulai berbalik menguat terhadap dolar AS, setelah sebelumnya menyerah berturut-turut sejak pekan lalu.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 9 Okt 2018 (%) | Yield 10 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8,317 | 8,328 | 1,10 |
FR0064 | 10 tahun | 8,553 | 8,596 | 4,30 |
FR0065 | 15 tahun | 8,723 | 8,764 | 4,10 |
FR0075 | 20 tahun | 8,933 | 8,976 | 4,30 |
Avg movement | 3,45 |
Apresiasi rupiah sekaligus pelemahan dolar, sebenarnya juga sudah tercermin dari Dollar Indeks, yaitu cerminan posisi dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
Dollar Index melemah 0,08% menjadi 95,591, meskipun di depan mata uang Asia hasilnya masih beragam. Di hadapan rupiah, dolar AS melemah tipis 0,03% yaitu menjadi Rp 15.220 per dolar AS.
Pelemahan dolar AS sudah diprediksi hari ini, dan dapat berdampak positif pada pasar SBN. Namun, saat ini kenaikan pasar SBN masih belum terjadi.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,21% karena koreksi di pasar efek utang pemerintah di sana.Posisi yield tersebut juga masih menempati posisi tertinggi sejak 2011. Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru sudah beranjak ke zona positif yaitu 0,25 menjadi 5.808.
(irv/hps) Next Article Berburu Surat Utang Domestik
Most Popular