The Fed Hawkish, Rupiah Terkikis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 October 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Seirkat (AS) The Federal Reserve/The Fed adalah sosok yang begitu menarik perhatian tahun ini. Setiap tindak-tanduk dan komentar yang keluar dari pejabat institusi ini akan sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan dunia.
Bukan tanpa alasan, sebab kebijakan The Fed begitu mempengaruhi nilai tukar dolar AS. Tahun ini greenback jadi raja mata uang dunia, menguat terhadap hampir seluruh mata uang.
Dolar AS mendapat suntikan doping dari kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Sejak awal tahun, Jerome Powell dan kolega sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan. Belum berhenti, The Fed kemungkinan besar akan kembali menaikkan suku bunga pada Desember dengan peluang mencapai 81,4% menurut CME Fedwatch.
Berbagai komentar dari para pejabat The Fed menjadi rujukan pelaku pasar. Hari ini, di Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali, kembali muncul pernyataan dari pejabat The Fed yang sepertinya bakal memberi energi tambahan bagi dolar AS.
John Williams, Presiden The Fed Now York, dalam pidatonya menyebutkan bahwa perekonomian AS terus menguat. Angka pengangguran Negeri Paman Sam terus turun hingga ke 3,7% pada September 2018, terendah sejak 1969. Inflasi juga sudah mencapai target di kisaran 2%.
Ke depan, Williams memperkirakan ekonomi AS akan terus kuat. Angka pengangguran akan semakin turun dan inflasi akan sedikit di atas 2%.
"Pertumbuhan ekonomi AS akan sekitar 3% pada tahun ini dan 2,5% pada 2019. Saya memperkirakan angka pengangguran akan turun ke 3,5% pada tahun depan, terendah dalam hampir 50 tahun. inflasi juga akan naik sedikit ke atas 2%," papar Williams.
Oleh karena itu, lanjut Williams, The Fed akan tetap pada mode menaikkan suku bunga acuan secara gradual. Menurutnya, posisi (stance) kebijakan suku bunga di AS sudah mengarah ke netral. Artinya suku bunga bukan lagi instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ke depan, saya tetap memperkirakan kenaikan suku bunga secara bertahap akan dilakukan. Ini akan mengarahkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkelanjutan," sebutnya.
Pernyataan Williams yang bernada hawkish cukup menjadi sinyal bahwa penguatan dolar AS masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sebab jika The Fed masih terus menaikkan suku bunga, maka imbalan investasi di AS (terutama untuk instrumen berpendapatan tetap) bakal tetap menanjak. AS masih akan menjadi tempat investasi yang menarik, arus modal berkumpul di sana, dan dolar AS punya modal besar untuk menguat.
Menyusul pernyataan Williams, dolar AS yang sempat melemah kini mulai bangkit. Di Asia, dolar AS sejak pagi tadi kena bully tetapi sekarang mulai melawan balik.
Contohnya rupiah. Kala pembukaan pasar spot, mata uang Tanah Air mampu menguat 0,3%. Namun pada pukul 09:28 WIB, penguatan rupiah terkikis menjadi 0,03%. Dolar AS yang sempat berada di bawah kisaran Rp 15.200 kini dibanderol Rp 15.220.
Tidak hanya rupiah, dolar AS juga mampu menipiskan jarak dengan berbagai mata uang utama Benua Biru. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 09:29 WIB:
Rupiah kini memang masih menguat. Namun dengan aura kebangkitan dolar AS akibat pernyataan Williams, rupiah tetap perlu memasang mode siaga-1.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Bukan tanpa alasan, sebab kebijakan The Fed begitu mempengaruhi nilai tukar dolar AS. Tahun ini greenback jadi raja mata uang dunia, menguat terhadap hampir seluruh mata uang.
Berbagai komentar dari para pejabat The Fed menjadi rujukan pelaku pasar. Hari ini, di Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali, kembali muncul pernyataan dari pejabat The Fed yang sepertinya bakal memberi energi tambahan bagi dolar AS.
John Williams, Presiden The Fed Now York, dalam pidatonya menyebutkan bahwa perekonomian AS terus menguat. Angka pengangguran Negeri Paman Sam terus turun hingga ke 3,7% pada September 2018, terendah sejak 1969. Inflasi juga sudah mencapai target di kisaran 2%.
Ke depan, Williams memperkirakan ekonomi AS akan terus kuat. Angka pengangguran akan semakin turun dan inflasi akan sedikit di atas 2%.
"Pertumbuhan ekonomi AS akan sekitar 3% pada tahun ini dan 2,5% pada 2019. Saya memperkirakan angka pengangguran akan turun ke 3,5% pada tahun depan, terendah dalam hampir 50 tahun. inflasi juga akan naik sedikit ke atas 2%," papar Williams.
Oleh karena itu, lanjut Williams, The Fed akan tetap pada mode menaikkan suku bunga acuan secara gradual. Menurutnya, posisi (stance) kebijakan suku bunga di AS sudah mengarah ke netral. Artinya suku bunga bukan lagi instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ke depan, saya tetap memperkirakan kenaikan suku bunga secara bertahap akan dilakukan. Ini akan mengarahkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkelanjutan," sebutnya.
Pernyataan Williams yang bernada hawkish cukup menjadi sinyal bahwa penguatan dolar AS masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sebab jika The Fed masih terus menaikkan suku bunga, maka imbalan investasi di AS (terutama untuk instrumen berpendapatan tetap) bakal tetap menanjak. AS masih akan menjadi tempat investasi yang menarik, arus modal berkumpul di sana, dan dolar AS punya modal besar untuk menguat.
Menyusul pernyataan Williams, dolar AS yang sempat melemah kini mulai bangkit. Di Asia, dolar AS sejak pagi tadi kena bully tetapi sekarang mulai melawan balik.
Contohnya rupiah. Kala pembukaan pasar spot, mata uang Tanah Air mampu menguat 0,3%. Namun pada pukul 09:28 WIB, penguatan rupiah terkikis menjadi 0,03%. Dolar AS yang sempat berada di bawah kisaran Rp 15.200 kini dibanderol Rp 15.220.
Tidak hanya rupiah, dolar AS juga mampu menipiskan jarak dengan berbagai mata uang utama Benua Biru. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 09:29 WIB:
Rupiah kini memang masih menguat. Namun dengan aura kebangkitan dolar AS akibat pernyataan Williams, rupiah tetap perlu memasang mode siaga-1.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular