Pemerintah Sukses Tambah Utang Rp 20 T Saat Rupiah Goyang

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 October 2018 18:23
Rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) menunjukkan permintaan yang masuk mencapai Rp 41,35 triliun.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berhasil menerbitkan surat berharga negara (SBN) senilai Rp 20 triliun dalam lelang rutin hari ini, sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya. 

Rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) menunjukkan permintaan yang masuk mencapai Rp 41,35 triliun. 

Nilai permintaan tersebut juga masih berada tidak jauh daripada rerata penawaran pasar sejak awal tahun dalam tiap lelang Rp 41,3 triliun, tetapi masih lebih rendah daripada lelang SBN konvensional sebelumnya pada 5 Oktober Rp 51,53 triliun. 

Nilai yang lebih rendah daripada lelang sebelumnya tersebut sesuai dengan prediksi pelaku pasar. Prediksi pesimistis tersebut muncul karena mengingat lelang bertepatan dengan koreksi pasar efek utang rupiah pemerintah.
Hasil Lelang Surat Berharga Negara (SBN)
9-Oct-18SPN03190110SPN12191010FR0077FR0078FR0065FR0075
Jatuh tempo10-Jan-1910-Oct-1915-May-2315-May-2815-May-3315-May-38
Kupon imbal hasilDiskontoDiskonto8.125%8.25%6.625%7.50%
Yield rerata tertimbang5.792%6.381%8.480%8.560%8.759%8.967%
Penawaran masuk 7,45010,05010,7516,0614,3552,687
Penawaran dimenangkan 3,0003,0007,5503,5501,8001,100
Kompetitif dimenangkan 1,5001,5006,4052,9601,600850
Persentase kmpttf thd dimenangkan 50%50%85%83%89%77%
Target indikatif10,000     
Target maksimal20,000     
Total penawaran masuk 41,354     
Penerbitan 20,000     
Rerata penawaran 201841,302     
Rerata penerbitan 201816,712     
Rp miliar
Sumber: DJPPR Kemenkeu 

Pasar SBN terkoreksi akibat terkena sentimen penguatan dolar AS dan koreksi di pasar obligasi AS secara beruntun dan belum berhenti sejak pekan lalu. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah seri 10 tahun, dengan kenaikan yield 12 basis poin (bps) menjadi 8,55%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga tidak luput dari tekanan koreksi, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun, dengan yield yang masing-masing naik 4 bps, 10 bps, dan 4 bps menjadi 8,31%, 8,72%, dan 8,93%.

SeriBenchmarkYield 8 Okt 2018 (%) Yield 9 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.2758.3174.20
FR006410 tahun8.4338.55312.00
FR006515 tahun8.6218.72310.20
FR007520 tahun8.8878.9334.60
Avg movement   7.75
Sumber: Reuters 

Koreksi terjadi karena nilai tukar rupiah masih menguat hingga menembus rekor baru hari ini. 

Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di depan mata uang negara lain di dunia, menguat 0,33% dan menembus 96,076. 

Sebagai dampaknya, mata uang Negeri Paman Trump menguat di hampir seluruh Eropa dan Asia termasuk rupiah, kecuali terhadap yuan dan yen. Hasilnya adalah depresiasi rupiah yang relatif tipis yaitu -0,07% menjadi Rp 15.225 per dolar AS. 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indek tersebut turun 1,02 poin (0,45%) menjadi 226,15 dari posisi kemarin 227,18. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, melebar dari spread kemarin 520 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,24% karena masih terjadi koreksi di pasar efek utangnya terlebih menghadapi lelang di negeri tersebut dan menghadapi sentimen Italia. 

Koreksi US Treasury juga disebabkan pelaku pasar masih menyimpan amunisi menghadapi potensi kenaikan suku bunga pada Desember. 

Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 849,79 triliun SBN, atau 36,98% dari total beredar Rp 2.298 triiliun per 5 Oktober. 

Angka kepemilikannya negatif Rp 1,06 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi secara persentasenya masih turun dari posisi awal Oktober 37,12%. Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berhasil menguat +0,62 menjadi 5.796. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular