Rupiah Tembus Rp 15.215/US$, IHSG Ditutup Menguat 0,5%

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 October 2018 17:10
ndeks mampu berbalih arah dan mengakhiri perdagangan dengan penguatan 0,5% ke level 5.761 poin.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan ini dengan pelemahan 0,06%. Namun, indeks mampu berbalik arah dan mengakhiri perdagangan dengan penguatan 0,5% ke level 5.761 poin pada Senin (8/10/2018).

Secara teknikal, IHSG membentuk pola awan penutup cerah (bullish engulfing), pola tersebut memberikan sinyal penguatan pada perdagangan selanjutnya.
Rupiah Melemah Diikuti Aksi Jual Asing, IHSG Menguat 0,5%Sumber: Reuters

IHSG mampu menghijau di tengah 
bursa-bursa utama kawasan Asia yang memerah: indeks Hang Seng turun 1,39%, indeks Shanghai turun 3,72%, indeks Kospi turun 0,60% dan ASX 200 turun 1,38%.

Nilai transaksi
awal pekan ini Senin (8/10/2018) tercatat sebesar Rp 6,7 triliun. Adapun investor asing kembali membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 652 miliar.

Adapun saham-saham paling banyak dilepas asing adalah: PT Bank Negara Indonesia/BBNI (Rp 100 miliar), PT Perusahaan Gas Negara/PGAS (Rp 77 miliar), PT Panin Financial/PNLF (Rp 63 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 61 miliar) dan PT Bank Mandiri/BMRI (Rp 56 miliar).

Berbeda dengan IHSG yang menguat, pelemahan rupiah tak kunjung berhenti hingga mempengaruhi penguatan IHSG yang sempat menyentuh level 5.794 (+1,09%) pukul 14:49. Hingga penutupan, rupiah melemah 0,26% ke level Rp 15.215/dolar AS di pasar spot .

Greenback sejatinya memang sedang berada dalam posisi yang kuat, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang naik 0,29% ke level 95.9. Penguatan dolar AS dipicu positifnya rilis data ekonomi di Negeri Paman Sam. 

Pelemahan rupiah yang begitu signifikan hingga menembus level psikologis Rp 15.200/dolar AS hari ini cukup membuat khawatir industri perbankan, hingga membuat penguatan indeks sektor keuangan berkurang, sempat menguat hingga 1,45% kemudian turun 0,45% pada akhir penutupan.

Pelemahan rupiah tersebut berpotensi memaksa Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. Menaikkan suku bunga acuan akan mendorong bank-bank tanah air untuk menaikkan suku bunga simpanan yang pada akhirnya akan berujung kepada kenaikan suku bunga pinjaman.

Terlebih, Gubernur The Fed Jerome Powell kembali melontarkan pernyataan yang hawkish. Powell mengungkapkan bahwa the Fed tak lagi memerlukan kebijakan-kebijakan yang dulu digunakan untuk mengangkat perekonomian AS dari jurang krisis. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga acuan secara bertahap akan dinaikkan menuju level netral.

"Suku bunga masih akomodatif, namun kami secara bertahap menuju tingkat yang netral," papar Powell kemarin, seperti dikutip dari CNBC International.

Namun, pelemahan rupiah bukan sepenuhnya merupakan dampak dari sentimen eksternal. Tingginya harga minyak mentah dunia memantik kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia akan kian sulit diredam.
 

Terlebih kini harga minyak mentah WTI sudah bertengger di level US$ 73.4/barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjenis brent yang menjadi acuan Pemerintah RI berada di level US$ 82.9/barel.

Memang, defisit perdagangan migas menjadi sumber melebarnya defisit neraca dagang Indonesia yang pada akhirnya membebani CAD. Secara kumulatif dari periode Januari-Juli 2018, defisit migas sudah mencapai US$ 8,35 miliar, melambung 54,6% dari capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 5,40 miliar.

Sebagai informasi, CAD Indonesia pada kuartal-II 2018 menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB. Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam.

Lebih lanjut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengonfirmasi bahwa CAD akan menyentuh level 3% dari PDB pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Baca: IHSG Berpotensi Rebound, Mampukah Bertahan?


(yam/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular