
Rupiah Tembus Rp 15.200/US$, Ini Sebab Musababnya
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
08 October 2018 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, menembus level Rp 15.200/US$. Kondisi tidak terelakan setelah rilis data ketenagakerjaan di AS dan cadangan devisa pada jumat pekan lalu.
Pada Senin (8/10/2018) Pukul 11:10 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 15.254 di pasar spot. 5 poin lagi, rupiah menembus posisi terlemah yang terjadi seperti krisis moneter tahun 1998 yaitu Rp 15.250/US$.
Pada jumat pekan lalu, Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis angka pengangguran sebesar 3,7% pada September. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9% dan lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters di angka 3,8%. Angka pengangguran ini merupakan yang terendah sejak tahun 1969. Menurunnya angka pengangguran, artinya semakin banyak masyarakat yang memiliki daya beli.
Hal ini akan mendorong tingkat konsumsi ke depannya. Kondisi ini jadi sandaran bagi bank sentral AS, Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin pada rapat The Fed 19 Desember mencapai 79,7%. Aura yang semakin kuat, tentu jadi bensin penguatan bagi greenback.
Dolar index yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, menguat hingga 0,11% pada pukul 11:20 WIB. Penguatan ini menyebabkan mata uang emerging market seperti rupiah tertekan, akibatnya aksi jual di pasar saham menjadi marak. Hingga pukul 11:26 WIB, aksi jual bersih (net sell) investor asing telah mencapai Rp 283,89 miliar saat ini.
Alasan penjualan ini karena berinvestasi di kala rupiah melemah kurang menguntungkan. Di mana investor mencari alternatif? Jawabannya tentu di Negeri Paman Sam. Terlebih imbal hasil di negara tersebut sedang seksi-seksinya. Obligasi pemerintah tenor 10 tahun misalnya, telah menembus level 3,22% atau tertinggi sejak 2011.
(NEXT)
Pada Senin (8/10/2018) Pukul 11:10 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 15.254 di pasar spot. 5 poin lagi, rupiah menembus posisi terlemah yang terjadi seperti krisis moneter tahun 1998 yaitu Rp 15.250/US$.
Hal ini akan mendorong tingkat konsumsi ke depannya. Kondisi ini jadi sandaran bagi bank sentral AS, Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin pada rapat The Fed 19 Desember mencapai 79,7%. Aura yang semakin kuat, tentu jadi bensin penguatan bagi greenback.
Dolar index yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, menguat hingga 0,11% pada pukul 11:20 WIB. Penguatan ini menyebabkan mata uang emerging market seperti rupiah tertekan, akibatnya aksi jual di pasar saham menjadi marak. Hingga pukul 11:26 WIB, aksi jual bersih (net sell) investor asing telah mencapai Rp 283,89 miliar saat ini.
Alasan penjualan ini karena berinvestasi di kala rupiah melemah kurang menguntungkan. Di mana investor mencari alternatif? Jawabannya tentu di Negeri Paman Sam. Terlebih imbal hasil di negara tersebut sedang seksi-seksinya. Obligasi pemerintah tenor 10 tahun misalnya, telah menembus level 3,22% atau tertinggi sejak 2011.
(NEXT)
Next Page
Cadev Anjlok, Rupiah Makin Tertekan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular