
Terlemah Sejak Krismon & Terlemah di ASEAN, Rupiah Kenapa?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
04 October 2018 15:16

Jakarta, CNBC Indonesia- Depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN. Defisit transaksi berjalan yang masih terjadi, merupakan faktor penyebab rupiah tertekan luar biasa sejak awal tahun.
Pada Kamis (4/10/2018) pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 15.180/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,73% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sementara sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hampir 12% atau hampir lima kali lipat dibandingkan depresiasi mata uang ringgit Malaysia. Bahkan dibandingkan mata uang seperti Kyat Myanmar, depresiasi rupiah masih yang terdalam.
Tertekannya rupiah tidak hanya datang dari dinamika global seperti normalisasi kebijakan moneter di AS dan perang dagang AS-China. Dari dalam negeri, proyeksi defisit transaksi berjalan di tahun 2018 menjadi beban tambahan.
Kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi Current Account Deficit (CAD) di kisaran 3% pada akhir 2018. Proyeksi ini memicu kekhawatiran di kalangan investor, sebab penguatan rupiah akan jauh dari harapan. Terlebih sejak kuartal III-2011, Negeri Merah Putih belum lagi merasakan surplus transaksi berjalan
Lain hal dengan Singapura misalnya, negara tersebut selalu merasakan surplus transaksi berjalan pada tahun ini. Prestasi tersebut mampu meredakan dampak negatif ekonomi global sehingga depresiasi dolar Singapura tidak terlalu dalam.
Contoh lain dengan Malaysia. Depresiasi mata uang negara tersebut juga tidak terlalu dalam. Faktor penyelamatnya lagi-lagi kondisi transaksi berjalannya. Seperti halnya Singapura, di tahun ini Malaysia juga mampu meraih surplus transaksi berjalan
Gambaran ini memperlihatkan begitu fundamentalnya peran transaksi berjalan dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Maka fokus pemerintah saat ini, tidak lain bagaimana menghilangkan defisit yang ada.
(NEXT)
Pada Kamis (4/10/2018) pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp 15.180/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,73% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sementara sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi hampir 12% atau hampir lima kali lipat dibandingkan depresiasi mata uang ringgit Malaysia. Bahkan dibandingkan mata uang seperti Kyat Myanmar, depresiasi rupiah masih yang terdalam.
Kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi Current Account Deficit (CAD) di kisaran 3% pada akhir 2018. Proyeksi ini memicu kekhawatiran di kalangan investor, sebab penguatan rupiah akan jauh dari harapan. Terlebih sejak kuartal III-2011, Negeri Merah Putih belum lagi merasakan surplus transaksi berjalan
Lain hal dengan Singapura misalnya, negara tersebut selalu merasakan surplus transaksi berjalan pada tahun ini. Prestasi tersebut mampu meredakan dampak negatif ekonomi global sehingga depresiasi dolar Singapura tidak terlalu dalam.
Contoh lain dengan Malaysia. Depresiasi mata uang negara tersebut juga tidak terlalu dalam. Faktor penyelamatnya lagi-lagi kondisi transaksi berjalannya. Seperti halnya Singapura, di tahun ini Malaysia juga mampu meraih surplus transaksi berjalan
Gambaran ini memperlihatkan begitu fundamentalnya peran transaksi berjalan dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Maka fokus pemerintah saat ini, tidak lain bagaimana menghilangkan defisit yang ada.
(NEXT)
Next Page
Pemerintah Harus Apa?
Pages
Most Popular