Dihajar Luar-Dalam, Rupiah Tak Berkutik Lawan Dolar AS

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 October 2018 13:43
Faktor eksternal dan domestik sama-sama menekan pergerakan rupiah.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca menembus level psikologis Rp 15.000/dolar AS, rupiah belum juga berhenti melemah. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,73% di pasar spot ke level 15.180/dolar AS. Greenback memang sedang berada dalam posisi yang kuat, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melejit sebesar 0,33%.

Namun, tetap saja pelemahan rupiah terbilang signifikan. Pasalnya, mata uang negara-negara lain di kawasan Asia tak melemah sedalam rupiah. Secara berturut-turut melawan dolar AS di pasar spot, ringgit, baht, peso, dan rupee melemah masing-masing sebesar 0,24%, 0,43%, 0,2%, dan 0,41%.

Dari sisi eksternal, penguatan dolar AS dipicu oleh positifnya rilis data ekonomi di Negeri Paman Sam. Kemarin (3/10/2018), angka penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode September versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebesar 230.000, mengalahkan konsensus yang sebesar 185.000 saja. Kemudian, ISM Non-Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 61,6, juga mengalahkan konsensus yang sebesar 58.

Positifnya data tersebut tak hanya mengonfirmasi bahwa perekonomian AS sedang melaju kencang, namun juga mengindikasikan bahwa perang dagang yang tengah bergejolak dengan China belum memberi dampak signifikan.

Pada akhirnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh The Federal Reserve terus bisa dipertahankan di level yang tinggi. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 3 Oktober 2018, kemungkinan The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini adalah sebesar 78,1%, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi 1 bulan sebelumnya yang sebesar 70,1%.

Terlebih, Gubernur The Fed, Jerome Powell, kembali melontarkan pernyataan yang hawkish. Powell mengungkapkan, The Fed tak lagi memerlukan kebijakan-kebijakan yang dulu digunakan untuk mengangkat perekonomian AS dari jurang krisis. Lebih lanjut, ia mengungkapkan tingkat suku bunga acuan secara bertahap akan dinaikkan menuju level netral.

"Suku bunga masih akomodatif, namun kami secara bertahap menuju tingkat yang netral," papar Powell kemarin, seperti dikutip dari CNBC International.

Dari dalam negeri, tingginya harga minyak mentah dunia memantik kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia akan kian sulit diredam. Kini, harga minyak WTI kontrak pengiriman November bertengger di level US$ 76,16/barel. Sementara itu, harga minyak brent kontrak pengiriman Desember berada di level US$ 86,03/barel.

Memang, defisit perdagangan migas menjadi biang kerok lebarnya defisit neraca dagang Indonesia yang pada akhirnya membebani CAD. Secara kumulatif dari periode Januari-Juli 2018, defisit migas sudah mencapai US$ 8,35 miliar, melambung 54,6% dari capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 5,40 miliar.

Sebagai informasi, CAD Indonesia pada kuartal-II 2018 menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB. Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam.

Lebih lanjut, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pun mengonfirmasi bahwa CAD akan menyentuh level 3% dari PDB pada tahun ini.

"Lihat komposisi impor, ini bisa calculate kalau ekonomi growing fast maka permintaan untuk dua komponen impor (barang modal dan barang setengah jadi) akan meningkat. Ini yang terjadi dalam 3 kuartal di 2018," kata Sri Mulyani dalam sebuah seminar Economic Outlook yang diselenggarakan UOB di Hotel Raffles, Rabu (3/10/2018).

"Ini yang terjadi di 2018, growth continue strong, tapi impor makin tajam. CAD dalam. Sampai akhir tahun 3% dari PDB," imbuh Menkeu.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular