
Pasar Keuangan Tertekan, Benarkah Memasuki New Normal?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 October 2018 13:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan menilai kondisi pasar keuangan dalam negeri sudah memasuki kondisi new normal. Artinya, kondisi kupon dan yield obligasi yang tinggi saat ini sudah menjadi bentuk antisipasi dari kendisi pasar keuangan global yang mengalami volatilitas saat ini.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menyebutkan volatilitas tinggi kemungkinan terjadi ke depan dan harus dicermati. Namun dengan kondisi pasar seperti saat ini, dimana investor masih bisa menyerap surat utang yan diterbitkan pemerintah, artinya kondisi saat ini masih wajar.
"Artinya sebenarnya kita anggap keaikan yied ini new normal jadi artinya sudah menuju keseimbangan baru. Bukan soal tingginya itu yang kita harus cermati, kita harus liat dari sisi kebutuhan dan antisipasi volatiitas ke depan. Kalau kita anggap volatiltas masih wajar mungkin kita tidak terlalu khawatir kondisi pasar masih oke," kata Loto di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/10).
Menurut dia, justru kondisi yang perlu dikhawatirkan adalah ketika pasar sudah tak lagi mampu menyerap surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah. Sehingga, dalam menerbitkan surat utang pemerintah juga perlu memperhatikan timing yang sesuai dengan kondisi pasar.
Tahun ini pemerintah menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel senilai Rp 30 triliun. Hingga saat ini, total penerbitan yang sudah dilakukan sudah mencapai Rp 17,7 triliun sehingga artinya masih ada ruang penerbitan sekitar Rp 12,3 triliun.
Adapun saat ini selisih (spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Sementara, dari dalam negeri seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%. Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya turun 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
(hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menyebutkan volatilitas tinggi kemungkinan terjadi ke depan dan harus dicermati. Namun dengan kondisi pasar seperti saat ini, dimana investor masih bisa menyerap surat utang yan diterbitkan pemerintah, artinya kondisi saat ini masih wajar.
"Artinya sebenarnya kita anggap keaikan yied ini new normal jadi artinya sudah menuju keseimbangan baru. Bukan soal tingginya itu yang kita harus cermati, kita harus liat dari sisi kebutuhan dan antisipasi volatiitas ke depan. Kalau kita anggap volatiltas masih wajar mungkin kita tidak terlalu khawatir kondisi pasar masih oke," kata Loto di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/10).
Tahun ini pemerintah menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel senilai Rp 30 triliun. Hingga saat ini, total penerbitan yang sudah dilakukan sudah mencapai Rp 17,7 triliun sehingga artinya masih ada ruang penerbitan sekitar Rp 12,3 triliun.
Adapun saat ini selisih (spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Sementara, dari dalam negeri seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%. Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya turun 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
(hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular