Lagi, Rupiah Terlemah Sepanjang Sejarah di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 October 2018 10:32
Rupiah Tertekan Luar-Dalam
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rupiah memang ditekan luar-dalam. Dari luar, keperkasaan dolar AS masih berlanjut. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,35% pada pukul 10:15 WIB. 

Dolar AS mendapat suntikan energi dari komentar para pejabat The Federal Reserve/The Fed. Dalam sebuah seminar di Boston, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek ekonomi AS sangat positif. Kondisi ini disebutnya cukup langka sepanjang sejarah Negeri Paman Sam. 

Kelangkaan itu adalah angka pengangguran rendah, di bawah 4%, tetapi inflasi juga relatif terkendali. Peningkatan permintaan karena kenaikan pendapatan masyarakat tidak menyebabkan tekanan inflasi yang berlebihan, inflasi masih sehat. 

"Ini kondisi yang unik dalam sejarah AS modern. Namun ini adalah bukti bahwa kita semua masih dalam masa-masa yang luar biasa. Kondisi yang baik bagi rumah tangga dan pebisnis juga tidak perlu cemas terhadap inflasi yang tinggi," papar Powell, dikutip dari Reuters. 

Positifnya kinerja ekonomi Negeri Adidaya akan menyebabkan The Fed menaikkan suku bunga acuan. Ini dilakukan agar perekonomian AS tidak bergerak liar, kebablasan, dan overheating. "Kenaikan suku bunga secara bertahap berarti menyeimbangkan risiko," ujar Powell. 

Tidak haya Powell, pejabat lainnya pun mengonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga sulit dihindari. "Masih layak bagi kami untuk menaikkan suku bunga secara gradual," kata Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, dikutip dari Reuters. 

"Kami bisa menaikkan suku bunga acuan sampai ke tingkat yang agak restriktif kemudian menahannya. Jalur kenaikan suku bunga sangat jelas," kata Charles Evans, Presiden The Fed Chicago, seperti dikutip dari Reuters. 

Berbekal potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS punya amunisi untuk kembali menyeruak. Sebab saat suku bunga acuan naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu permintaan dolar AS akan naik dan mata uang ini semakin mahal alias menguat. 

Dari dalam, rupiah tertekan akibat masa depan suram di transaksi berjalan (current account). Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, memperkirakan defisit transaksi berjalan pada akhir 2018 cukup dalam yaitu sekitar 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Tanpa sokongan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah tidak punya bekal untuk menguat. Transaksi berjalan yang terus defisit juga membuat prospek rupiah ke depan menjadi suram. Siapa yang mau memegang aset yang nilainya berpotensi turun? 

Kombinasi tekanan eksternal dan domestik ini sudah cukup membuat rupiah melemah cukup dalam. Bahkan membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular