
Data Ekonomi Kembali Tak Mampu Mengangkat Bursa Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 October 2018 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,66%, indeks Hang Seng turun 0,13% dan indeks Strait Times naik 0,76%. Sementara itu, bursa saham China masih diliburkan seiring dengan perayaan National Day Golden Week dan bursa saham Korea Selatan diliburkan guna memperingati National Foundation Day.
Positifnya data ekonomi kembali tak mampu menolong bursa saham Benua Kuning. Di Jepang, kemarin (2/10/2018) indeks keyakinan konsumen periode September diumumkan di level 43,4, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 43. Kemudian di Hong Kong, penjualan barang-barang ritel periode Agustus diumumkan tumbuh sebesar 8,1% YoY, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 5,9% YoY.
Sentimen eksternal terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan. Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) membuat pelaku pasar optimis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China.
Namun, kini harapan itu seolah sirna. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi dengan China di bidang perdagangan tidak berkembang. Kudlow bahkan berani menyebut bahwa kesepakatan dengan China tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
"Tidak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China," papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. "Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat."
Lebih lanjut, mantan anchor CNBC International itu menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.
Saat ini, terlihat bahwa perekonomian AS dan China sama-sama sudah terdampak oleh perang dagang yang tengah terjadi. Pada hari Minggu (30/9/2018), data Caixin Manufacturing PMI di China periode September diumumkan di level 50, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 50,5. Kemudian pada hari Senin (1/10/2018), data ISM Manufacturing PMI di AS periode September diumumkan di level 59,8, lebih rendah dari ekspetasi yang sebesar 60,1.
Selain itu, kisruh mengenai anggaran belanja pemerintahan Italia juga membuat investor melarikan diri dari bursa saham Benua Kuning. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan target defisit tahun 2018 yaitu 1,6% dari PDB. Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% dari PDB.
Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan sebaiknya Italia membatalkan rencana pengesahan anggaran 2019 dengan defisit 2,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Juncker, Italia semestinya melakukan disiplin fiskal. Jangan sampai anggaran yang terlalu ekspansif menyebabkan krisis fiskal seperti yang terjadi pada 2009-2010.
"Italia menjauhkan diri dari target yang telah disusun bersama oleh Uni Eropa. Saya tidak ingin, tetapi setelah pengalaman menyelesaikan krisis di Yunani, kita bisa-bisa mengalami hal yang sama di Italia. Satu krisis sudah cukup dan kita harus mencegah itu. Kalau sampai Italia mendapat penanganan khusus, bisa-bisa itu menjadi akhir dari euro," jelas Juncker, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sentimen Eksternal Bawa Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Positifnya data ekonomi kembali tak mampu menolong bursa saham Benua Kuning. Di Jepang, kemarin (2/10/2018) indeks keyakinan konsumen periode September diumumkan di level 43,4, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 43. Kemudian di Hong Kong, penjualan barang-barang ritel periode Agustus diumumkan tumbuh sebesar 8,1% YoY, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 5,9% YoY.
Sentimen eksternal terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan. Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) membuat pelaku pasar optimis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China.
"Tidak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China," papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. "Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat."
Lebih lanjut, mantan anchor CNBC International itu menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.
Saat ini, terlihat bahwa perekonomian AS dan China sama-sama sudah terdampak oleh perang dagang yang tengah terjadi. Pada hari Minggu (30/9/2018), data Caixin Manufacturing PMI di China periode September diumumkan di level 50, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 50,5. Kemudian pada hari Senin (1/10/2018), data ISM Manufacturing PMI di AS periode September diumumkan di level 59,8, lebih rendah dari ekspetasi yang sebesar 60,1.
Selain itu, kisruh mengenai anggaran belanja pemerintahan Italia juga membuat investor melarikan diri dari bursa saham Benua Kuning. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan target defisit tahun 2018 yaitu 1,6% dari PDB. Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% dari PDB.
Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan sebaiknya Italia membatalkan rencana pengesahan anggaran 2019 dengan defisit 2,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Juncker, Italia semestinya melakukan disiplin fiskal. Jangan sampai anggaran yang terlalu ekspansif menyebabkan krisis fiskal seperti yang terjadi pada 2009-2010.
"Italia menjauhkan diri dari target yang telah disusun bersama oleh Uni Eropa. Saya tidak ingin, tetapi setelah pengalaman menyelesaikan krisis di Yunani, kita bisa-bisa mengalami hal yang sama di Italia. Satu krisis sudah cukup dan kita harus mencegah itu. Kalau sampai Italia mendapat penanganan khusus, bisa-bisa itu menjadi akhir dari euro," jelas Juncker, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sentimen Eksternal Bawa Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular