Berdarah-darah Seharian, IHSG Ditutup Melemah 7 Poin Saja

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 October 2018 17:17
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,13% ke level 5.867.
Foto: Perusahaan ke 600 yang melantai di BEI (CNBC Indonesia/Fitriyah Said)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali meninggalkan level 5.900 dengan ditutup melemah 0,13% ke 5.867. Secara teknikal, pada penutupan hari ini IHSG membentuk pola grafik lilin berputar (spinning candle) yang sifatnya netral.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,3 triliun dengan volume 8,9 miliar unit saham. Sektor konsumer menjadi pemberat IHSG dengan penurunan 0,85%, menyumbang 10 poin pelemahan. Namun kali ini, investor asing melepas portofolio sahamnya sebesar Rp 265 miliar.

Saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah PT Panin Financial Tbk (PNLF) senilai Rp 86 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai 67 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 32 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 14 miliar dan BUMI senilai Rp 13 miliar.

Sentimen negatif IHSG juga diperberat rupiah yang melemah menembus level psikologis Rp 15.000/dolar Amerika Serikat (AS). Hingga sore hari, rupiah melemah 0,2% ke level Rp 15.070/dolar AS di pasar spot. Rupiah berada di titik terendahnya sejak krisis 1998 silam atau 20 tahun yang lalu.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah penurunan dolar AS yang melemah di hadapan mata uang kuat dunia. Dollar spot index (DXY) hingga berita ini ditulis melemah 0,14% ke level 95.37.

Bursa saham utama Asia ditutup bervariasi, misalnya indeks Nikkei yang turun 0,51%, sementara indeks Strait Times naik 0,71%, dan indeks Kospi anjlok -1,23%.

Lebih lanjut, perang dagang dengan China yang masih terus berlanjut membuat dolar AS selaku safe haven memang menjadi buruan investor.

Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) membuat pelaku pasar optimistis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China.

Namun, kini harapan itu seolah sirna. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi dengan China di bidang perdagangan tidak berkembang. Kudlow bahkan berani menyebut bahwa kesepakatan dengan China tidak akan tercapai dalam waktu dekat.

"TIdak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China," papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. "Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat."

Lebih lanjut, mantan anchor CNBC International itu menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.

Dolar AS juga menguat lantaran kegaduhan di Italia. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan target defisit tahun 2018 yaitu 1,6% dari PDB.

Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% dari PDB. Hal ini lantas membuat investor teringat pada krisis Yunani tahun 2010 silam, mengingat rasio utang pemerintah Italia yang mencapai 131,8% dari PDB (per akhir 2017).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Baca : Rupiah Melemah & Harga Minyak Naik, Ini Proyeksi Gerak IHSG


(yam/hps) Next Article IHSG Sepekan Tergerus, di Tengah Berlarutnya Perang Dagang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular