Di Kurs Acuan, Rupiah Terlemah Sepanjang Sejarah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 October 2018 11:10
Dolar AS Kena Ambil Untung
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Setelah reli lebih dari sepekan, akhirnya dolar AS menginjak pedal rem. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,21%. 

Mungkin ini adalah koreksi yang wajar karena indeks ini sudah menguat tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index melesat 1,18% dan selama 6 bulan ke belakang sudah meroket 5,73%. Wajar apabila investor melepas dolar AS sesaat untuk merealisasikan cuan. 

Namun investor tetap perlu waspada karena sejatinya dolar AS masih punya amunisi untuk kembali menguat. Pasalnya, komentar positif kembali keluar dari mulut Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. 

Dalam sebuah seminar di Boston, Powell menyatakan bahwa prospek ekonomi AS sangat positif. Kondisi ini disebutnya cukup langka sepanjang sejarah Negeri Paman Sam. 

Kelangkaan itu adalah angka pengangguran rendah, di bawah 4%, tetapi inflasi juga relatif terkendali. Peningkatan permintaan karena kenaikan pendapatan masyarakat tidak menyebabkan tekanan inflasi yang berlebihan, inflasi masih sehat. 

"Ini kondisi yang unik dalam sejarah AS modern. Namun ini adalah bukti bahwa kita semua masih dalam masa-masa yang luar biasa. Kondisi yang baik bagi rumah tangga dan pebisnis juga tidak perlu cemas terhadap inflasi yang tinggi," papar Powell, dikutip dari Reuters. 

Untuk menjaga situasi tetap terkendali, lanjut Powell, The Fed akan meneruskan kebijakan kenaikan suku bunga acuan secara gradual. "Kenaikan suku bunga secara bertahap berarti menyeimbangkan risiko," ujarnya. 

Oleh karena itu, pelaku pasar kian yakin The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada rapat 19 Desember mencapai 78,1%. 

Dengan bekal potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS masih punya amunisi untuk kembali menyeruak. Sebab saat suku bunga acuan naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu permintaan dolar AS akan naik dan mata uang ini semakin mahal alias menguat.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

  (aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular