Perlukah Mengkhawatirkan Rupiah yang Tembus Rp 15.000/US$?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
02 October 2018 14:46
Nilai tukar rupiah yang cenderung melemah pada hari ini dipicu penguatan US$.
Foto: Warga melakukan transaksi penukaran mata uang asing di salah satu pusat penukaran mata uang di Jakarta.
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya menembus level Rp 15.000/US$, hari ini. Level itu ditembus pada pukul 11.07 WIB. Ketika itu, US$ 1 senilai Rp 15.001.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah pada hari ini dipicu penguatan US$ terhadap seluruh mata uang dunia pada perdagangan waktu AS kemarin.

Penguatan US$ dipicu oleh sejumlah faktor. Yang pertama, isu perang dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas setelah persetujuan perjanjian perdagangan AS dengan Kanada dan Meksiko yang mengisyaratkan pembatasan barang-barang dari Tiongkok.

Selain isu perang dagang, tren kenaikan harga minya dunia yang telah mencapai level $75/barel untuk West Texas Intermediate (WTI) dan level $85/barel untuk jenis brent, juga jadi sentimen.

Kondisi demikian berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi negara-negara yang notabene net-oil importer.

"Karena akan memberikan tekanan pada pelebaran defisit transaksi berjalan," kata Josua kepada CNBC Indonesia.

Sentimen global yang cenderung risk-averse, lanjut dia, mendorong koreksi di pasar keuangan domestik yang didorong keluarnya dana asing di pasar obligasi dan pasar saham.

Tercatat imbal hasil SUN bertenor 10 tahun naik sekitar 9 bps menjadi 8,10% , sementara JCI terkoreksi 0,40% pada sesi pagi ini.

Lalu, apakah pelemahan rupiah hingga menembus Rp 15.000/US$ perlu dikhawatirkan? Josua memiliki jawaban tersendiri.

"Menurut saya, pelemahan rupiah yang menembus level 15,000 per dolar pada hari ini bersifat sementara mengingat beberapa kebijakan dari Bank Indonesia (BI) dan pemerintah sudah dikeluarkan," katanya.

Dalam rangka menekan defisit neraca transaksi berjalan dalam jangka pendek, pemerintah memang telah mengambil sejumlah langkah. Beberapa kebijakan terkait hal ini di antaranya implementasi B20, kenaikan PPh pasal 22, serta upaya mendorong penerimaan devisa dari sektor pariwisata.

Sejalan dengan itu, Josua menambahkan BI juga sudah memperketat kebijakan moneter, diikuti dengan upaya mendorong swap hedging dan domestic NDF.

"Ini diharapkan dapat mendorong stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek," ujar Josua.
Perlukah Mengkhawatirkan Rupiah yang Tembus Rp 15.000/US$?Foto: Infografis/Rupiah Loyo/Arie Pratama

(miq/miq) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular