Italia Memanas, Rupiah Tambah Lemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2018 14:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Italia semakin panas. Risiko besar di Eropa membuat dolar Amerika (AS) kian perkasa dan menekan mata uang lain, termasuk rupiah.
Sejak kemarin, perkembangan di Italia sudah meresahka pelaku pasar. Pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte berencana membuat anggaran negara yang ekspansif pada 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi ketimbang rencana defisit tahun ini yaitu 1,6%.
Pemerintahan Italia sebelumnya ingin defisit 2019 ditekan menjadi 0,8% PDB. Namun pemerintahan yang didominasi Liga dan Gerakan Bintang Lima yang berhaluan kanan-tengah berusaha menggolkan program-program populis seperti tunjangan kepada masyarakat miskin maupun pensiunan. Itu membuat defisit membengkak.
Pelaku pasar cemas Italia bisa jatuh ke jurang krisis fiskal seperti pada 2009-2010. Kala itu, krisis fiskal yang dialami Italia dan negara-negara Eropa lainnya menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar keuangan global.
Dengan anggaran yang ekspansif bin agresif itu, utang pemerintah Italia berpotensi semakin membengkak. Pada akhir 2017 saja utang pemerintah sudah sangat besar yaitu mencapai 131,8% GDP.
Suara-suara sumbang mulai berdatangan. Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda, menyebut kondisi di Italia sangat mengkhawatirkan.
"Kami sangat khawatir tentang ini. Kebijakan semacam ini akan mengganggu pasar," tegas Rutte, dikutip dari Reuters.
Namun Italia keukeuh dengan rencananya. Bahkan Negeri Pizza mengancam akan meninggalkan Uni Eropa dan menanggalkan penggunaan mata uang euro jika terus ditekan dan direcoki.
"Saya sangat yakin Italia bisa memecahkan sebagian besar masalahnya jika memiliki mata uang sendiri," tegas Claudio Borghi, Ketua Tim Ekonomi Liga, dikutip dari Reuters.
Sejak kemarin, perkembangan di Italia sudah meresahka pelaku pasar. Pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte berencana membuat anggaran negara yang ekspansif pada 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi ketimbang rencana defisit tahun ini yaitu 1,6%.
Pemerintahan Italia sebelumnya ingin defisit 2019 ditekan menjadi 0,8% PDB. Namun pemerintahan yang didominasi Liga dan Gerakan Bintang Lima yang berhaluan kanan-tengah berusaha menggolkan program-program populis seperti tunjangan kepada masyarakat miskin maupun pensiunan. Itu membuat defisit membengkak.
Dengan anggaran yang ekspansif bin agresif itu, utang pemerintah Italia berpotensi semakin membengkak. Pada akhir 2017 saja utang pemerintah sudah sangat besar yaitu mencapai 131,8% GDP.
Suara-suara sumbang mulai berdatangan. Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda, menyebut kondisi di Italia sangat mengkhawatirkan.
"Kami sangat khawatir tentang ini. Kebijakan semacam ini akan mengganggu pasar," tegas Rutte, dikutip dari Reuters.
Namun Italia keukeuh dengan rencananya. Bahkan Negeri Pizza mengancam akan meninggalkan Uni Eropa dan menanggalkan penggunaan mata uang euro jika terus ditekan dan direcoki.
"Saya sangat yakin Italia bisa memecahkan sebagian besar masalahnya jika memiliki mata uang sendiri," tegas Claudio Borghi, Ketua Tim Ekonomi Liga, dikutip dari Reuters.
Next Page
Dolar AS Makin Diburu
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular