Hingga Tengah Hari, Rupiah Masih Terlemah di 3 Sisi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2018 12:27
Hingga Tengah Hari, Rupiah Masih Terlemah di 3 Sisi
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Untuk kali pertama sejak 1998, dolar AS kembali menembus level Rp 15.000. 

Pada Selasa (2/10/2018) pukul 12:03 WIB, US$ 1 berada di Rp 15.020 di pasar spot. Rupiah melemah cukup dalam yaitu 0,77% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Hari ini, rupiah menyentuh titik terendahnya sejak awal tahun. Lebih jauh lagi, rupiah juga berada di posisi terlemah sejak 10 Juli 1998.  

Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 15.021/US$ sementara terkuatnya adalah Rp 14.910/US$ yaitu kala pembukaan pasar spot. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 

 

Sebenarnya semua mata uang utama Asia juga melemah. Hanya yuan China yang menguat, tetapi tidak dihitung karena pasar keuangan China sedang libur memperingati Hari Nasional Republik Rakyat China. 

Dengan depresiasi 0,77%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Benua Kuning. Di bawah (atau atas?) rupiah ada won Korea Selatan dan baht Thailand. 

Artinya rupiah masih melemah di tiga sisi. Terlemah sepanjang 2018, terlemah sejak krismon, dan terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:10 WIB: 



Rupiah dkk di Asia memang sulit menandingi dolar AS. Pada pukul 12:12 WIB, Dollar Index berada di 95,358 atau menguat 0,06%. 

Laju dolar AS memang sedang tidak terbendung. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 1,33%. 

Sepertinya efek hasil rapat The Federal Reserve/The Fed pekan lalu masih terasa. Jerome Powell dan kolega menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,125% atau median 2,125%. Pada Desember, The Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan karena mereka punya target suku bunga acuan di median 2,4% pada akhir 2018. 

Kenaikan suku bunga acuan membuat berinvestasi di AS semakin menarik, terutama di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, arus modal terus merapat ke Negeri Paman Sam sehingga dolar AS otomatis menguat. 

Dolar AS juga terbantu oleh perkembangan di Italia. Pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran pada 2019-2021 di kisaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal pemerintahan sebelumnya ingin membuat defisit anggaran 2019 hanya 0,8% PDB. 

Ingatan investor kembali pada 2009-2010 di mana Italia dan negara-negara lain di Eropa mengalami krisis fiskal. Krisis itu menjadi sentimen negatif yang menyebar ke pasar keuangan seluruh dunia. 

Oleh karena itu investor dipaksa main aman. Aset-aset safe haven pun menjadi buruan, utamanya dolar AS. Selain aman, greenback juga menjanjikan cuan sehingga pasti menjadi favorit pelaku pasar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular