Rupiah di Posisi Terlemah Tahun Ini dan Sejak Krismon

Pada Selasa (2/10/2018), US$ 1 sama dengan Rp 14.910 kala pembukaan pasar. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Pada pukul 08:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.930 di mana kali ini rupiah melemah 0,17%. Kemudian pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.940 dan rupiah sudah terdepresiasi 0,23%.
Kemarin, rupiah ditutup melemah tipis 0,03%. Padahal kala pembukaan pasar spot, rupiah masih mampu menguat 0,13%.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun sulit menandingi keperkasaan dolar AS. Hanya yuan China yang mampu menguat, tetapi tidak masuk hitungan karena pasar keuangan Negeri Tirai Bambu masih libur memperingati Hari Nasional Republik Rakyat China.
Dengan pelemahan 0,37%, rupiah menjadi mata uang dengan depresiasi paling dalam di Benua Kuning. Sebenarnya India melemah lebih dalam, tetapi pasar keuangan Negeri Bollywood juga libur memperingati hari kelahiran Mahatma Gandhi.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia:
Memang susah kalau dolar AS terus-terusan perkasa. Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,01%. Penguatan Dollar Index memang dalam rentang tipis, tetapi konsisten.
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 1,23%. Bahkan dalam 6 bulan ke belakang penguatannya mencapai 5,64%.
Sama seperti kemarin, keperkasaan dolar muncul karena kekhawatiran investor terhadap perkembangan di Italia. Mendapat kritik dari berbagai penjuru, Italia melawan balik dan membela rancangan anggaran mereka yang agresif bin ekspansif itu.
Luigi di Maio, Wakil Perdana Menteri Italia, menuding pejabat Uni Eropa sebagai pelaku terorisme karena mendikte pasar agar kecewa dengan Italia. “Pejabat di Uni Eropa melakukan terorisme di pasar,” tegasnya, dikutip dari Reuters.
Pejabat yang dimaksud adalah Pierre Moscovici, Komisioner Bidang Ekonomi Uni Eropa. Sebelumnya, Moscovici menegaskan fiskal Italia jelas melanggar aturan disiplin anggaran Uni Eropa.
Akibat kisruh di Italia, euro melemah 0,28% di hadapan dolar AS pada perdagangan kemarin. Bila kekhawatiran investor belum reda, maka euro bisa kembali tertekan hari ini dan dolar AS semakin digdaya.
Keperkasaan dolar AS tentu akan membuat mata uang lainnya melemah, tidak terkecuali rupiah. Oleh karena itu, investor perlu waspada karena ada risiko besar yang mengintai rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
