
BI Sudah Naikkan 150 Bps, Bagaimana Bunga Kredit Bank?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 September 2018 20:58

Jakarta, CNBC Indonesia- Tindakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan hingga 150 bps sejak Mei 2018, memicu suku bunga di perbankan ikut terkerek naik. Dinamika ekonomi global yang sangat tinggi saat ini, menyebabkan mata uang negara-negara emerging market seperti Indonesia mengalami depresiasi.
Mulai dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS), perang dagang antara AS dan China hingga anjloknya mata uang negara emerging market seperti peso Argentina dan lira Turki. Guna mengatasi hal tersebut, mau tidak mau BI harus memberikan obat jangka pendek berupa kenaikan suku bunga acuan. Tujuannya jelas, untuk mengubah pasar keuangan Indonesia menjadi lebih seksi di mata investor.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi hingga 9,84% dan menembus level tertinggi di 14.930/US$ atau terendah sejak Krisis Moneter pada Juli 1998.
Padahal di awal tahun, posisi rupiah berada di level Rp 13.565/US$. Namun, tekanan yang ada menyebabkan rupiah melemah hingga menembus level psikologis 14.900/US$. Mau tidak mau, BI harus mencari cara agar modal asing tetap melirik pasar keuangan Indonesia.
Di tengah dinamika yang ada, investor tentu lebih selektif memilih negara yang menjadi tujuan investasi. Oleh sebab itu tren kenaikan perang suku bunga acuan global saat ini mulai terjadi. Di Asia sendiri, ada 11 bank sentral yang telah menaikkan suku bunga acuannya.
BI sendiri termasuk bank sentral paling hawkish bersama bank sentral Pakistan dan Filipina. Diikuti negara timur tengah seperti Arab Saudi, Bahrain hingga oman. Sementara di kawasan ASEAN, praktis hanya Malaysia yang mengikuti jejak Indonesia meskipun hanya menaikkan 25 bps.
Sikap hawkish yang ditunjukkan BI tentu memiliki risiko tersendiri yaitu perlambatan ekonomi. Hal ini terjadi akibat potensi kenaikan suku bunga kredit perbankan akibat suku bunga acuan yang naik.
Seperti diketahui, penyaluran kredit perbankan merupakan salah satu stimulus penggerak ekonomi. Ketika suku bunga kredit mengalami kenaikan, maka bisa menjadi pertimbangan investor dalam mengajukan pembiayaan. Untuk itu, mari kita lihat perkembangan suku bunga kredit di Indonesia berdasarkan tiga sektor yaitu konsumsi, investasi dan modal kerja sejak BI mulai menaikkan suku bunga acuannya pada Mei 2018.
(NEXT)
Mulai dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS), perang dagang antara AS dan China hingga anjloknya mata uang negara emerging market seperti peso Argentina dan lira Turki. Guna mengatasi hal tersebut, mau tidak mau BI harus memberikan obat jangka pendek berupa kenaikan suku bunga acuan. Tujuannya jelas, untuk mengubah pasar keuangan Indonesia menjadi lebih seksi di mata investor.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi hingga 9,84% dan menembus level tertinggi di 14.930/US$ atau terendah sejak Krisis Moneter pada Juli 1998.
Padahal di awal tahun, posisi rupiah berada di level Rp 13.565/US$. Namun, tekanan yang ada menyebabkan rupiah melemah hingga menembus level psikologis 14.900/US$. Mau tidak mau, BI harus mencari cara agar modal asing tetap melirik pasar keuangan Indonesia.
Di tengah dinamika yang ada, investor tentu lebih selektif memilih negara yang menjadi tujuan investasi. Oleh sebab itu tren kenaikan perang suku bunga acuan global saat ini mulai terjadi. Di Asia sendiri, ada 11 bank sentral yang telah menaikkan suku bunga acuannya.
BI sendiri termasuk bank sentral paling hawkish bersama bank sentral Pakistan dan Filipina. Diikuti negara timur tengah seperti Arab Saudi, Bahrain hingga oman. Sementara di kawasan ASEAN, praktis hanya Malaysia yang mengikuti jejak Indonesia meskipun hanya menaikkan 25 bps.
Sikap hawkish yang ditunjukkan BI tentu memiliki risiko tersendiri yaitu perlambatan ekonomi. Hal ini terjadi akibat potensi kenaikan suku bunga kredit perbankan akibat suku bunga acuan yang naik.
Seperti diketahui, penyaluran kredit perbankan merupakan salah satu stimulus penggerak ekonomi. Ketika suku bunga kredit mengalami kenaikan, maka bisa menjadi pertimbangan investor dalam mengajukan pembiayaan. Untuk itu, mari kita lihat perkembangan suku bunga kredit di Indonesia berdasarkan tiga sektor yaitu konsumsi, investasi dan modal kerja sejak BI mulai menaikkan suku bunga acuannya pada Mei 2018.
(NEXT)
Pages
Most Popular