Investor Asing Masuk Rp 886 M, IHSG Dekati Level 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 September 2018 16:34
IHSG menguat 0,8% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.976,55.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,8% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.976,55. IHSG berhasil mengekor mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,36%, indeks Strait Times naik 0,44%, indeks Shanghai naik 1,06%, dan indeks Hang Seng naik 0,26%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,99 triliun dengan volume sebanyak 10,88 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 315.961 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG naik adalah: PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (+1,68%), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (+13,41%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,63%), PT Indofarma Tbk/INAF (+20,41%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (+2,56%).

Hasil pertemuan bank sentral AS alias the Federal Reserve sudah tak lagi direspon negatif oleh investor saham Benua Kuning seperti pada perdagangan kemarin (27/9/2018). Memang, ada sisi positif dari pertemuan The Fed kali ini yakni pihaknya tak semakin hawkish. Padahal, proyeksi pertumbuhan ekonomi dikerek naik tinggi oleh bank sentral.

Pada tahun ini, the Fed memproyeksikan ekonomi AS tumbuh sebesar 3,1%, dari yang sebelumnya hanya 2,8% pada proyeksi bulan Juni. Untuk tahun 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi dinaikkan sebesar 0,1% menjadi 2,5%. Sementara untuk tahun 2020, proyeksinya adalah tetap di level 2%.

Kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini tetap diproyeksi sebanyak 4 kali, sementara untuk tahun 2019 tetap 3 kali. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi pasar saham.

Kencangnya laju ekonomi AS lantas dibuktikan oleh rilis pembacaan final data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 yang sebesar 4,2%. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi sejak kuartal III-2014. The Fed Atlanta bahkan memproyeksikan perekonomian Negeri Paman Sam tumbuh sebesar 4,4% pada kuartal-III 2018.

Dari kawasan regional, cukup banyak sentimen positif dari rilis data ekonomi. Di Jepang, tingkat pengangguran periode Agustus diumumkan sebesar 2,4%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,5%. Di Korea Selatan, indeks keyakinan konsumen periode September 2018 diumumkan sebesar 102, mengalahkan capaian periode Agustus 2018 yang sebesar 99.

Sementara di Hong Kong, kemarin ekspor periode Agustus 2018 diumumkan tumbuh sebesar 13,1% YoY, mengalahkan capaian periode Juli 2018 yang sebesar 10% YoY. Impor meroket 16,4% YoY, dari yang sebelumnya 14% YoY.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari rupiah yang menguat 0,08% di pasar spot ke level Rp 14.900/dolar AS. Investor nampak mengapresiasi keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 5,75%. Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Lantas, sepanjang tahun ini suku bunga acuan sudah dikerek naik sebesar 150bps.

Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka aliran dana investor asing bisa didorong untuk 'parkir' di instrumen berpendapatan tetap di Indonesia. Pada akhirnya, ada ekspektasi bahwa rupiah bisa menguat nantinya sehingga kini aksi beli sudah dilakukan oleh investor.

Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing membukukan beli bersih yang sangat besar, yakni senilai Rp 885,6 miliar. 5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 193,2 miliar), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk/SRTG (Rp 171,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 165,2 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 155,8 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 116 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Profit Taking Investor Asing Sulitkan IHSG Balik ke 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular